MAGELANGEKSPRES.ID – Bulan Syaban secara umum adalah bulan mulia yang terletak sebelum bulan suci Ramadan. Atau berada diantara bulan Rajab dan Ramadan. Di antara keistimewaannya, bulan tersebut adalah waktu dinaikkan amalan. Sehingga Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun memperbanyak puasa di bulan Syaban, bahkan puasa sunnah yang dilakukan beliau yang terbanyak dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Diantara keistimewaan bulan Syaban ada malam Nisfu Syaban (malam 15 Syaban), yang menurut sejumlah umat Islam sebagai malam mulia. Sehingga mereka pun mengkhususkan amalan-amalan tertentu pada bulan tersebut.
Benarkah pada malam Nisfu Syaban mempunyai keistimewaan dari bulan lainnya? Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait malam Nisfu Syaban. Menurut pendapat kebanyakan ulama (jumhur ulama), keutamaan malam Nisfu Syaban dinilai dhaif. Namun sebagian ulama menshahihkannya.
Amalan di Malam Nisfu Syaban
Apabila hadits keutamaan malam Nisfu Syaban itu shahih, bukan berarti dikhususkan amalan khusus pada malam tersebut seperti kumpul-kumpul di di masjid pada malam Nisfu Syaban dengan shalat jamaah atau membaca Yasin, doa bersama atau dengan mengerjakan amalan khusus lainnya.
Sebab mengkhususkan amalan seperti itu harus dengan dalil. Kalau tidak ada dalil, berarti amalan tersebut mengada-ada.
Walaupun ada sebagian ulama yang menganjurkan shalat di malam Nisfu Syaban. Namun shalat tersebut cukup dilakukan seorang diri.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Mengenai shalat malam di malam Nisfu Syaban, maka tidak ada satu pun dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga para sahabatnya. Namun terdapat riwayat dari sekelompok tabi’in (para ulama negeri Syam) yang menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan shalat.”
Ibnu Taimiyah ketika ditanya mengenai shalat Nisfu Syaban, beliau rahimahullah menjawab, “Jika seseorang shalat pada malam Nisfu Syaban sendiri atau di jamaah yang khusus sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian salaf, maka itu suatu hal yang baik. Adapun jika dilakukan dengan kumpul-kumpul di masjid untuk melakukan shalat dengan bilangan tertentu, seperti berkumpul dengan mengerjakan shalat 1.000 rakaat, dengan membaca surat Al Ikhlas terus menerus sebanyak 1.000 kali, ini jelas suatu perkara bid’ah, yang sama sekali tidak dianjurkan oleh para ulama.” (Majmu’ Al-Fatawa, 23: 131)
Ibnu Taimiyah juga mengatakan, “Adapun tentang keutamaan malam Nisfu Syaban terdapat beberapa hadits dan atsar, juga ada nukilan dari beberapa ulama salaf bahwa mereka melaksanakan shalat pada malam tersebut. Jika seseorang melakukan shalat seorang diri ketika itu, maka ini telah ada contohnya di masa lalu dari beberapa ulama salaf. Inilah dijadikan sebagai pendukung sehingga tidak perlu diingkari.” (Majmu’ Al-Fatawa, 23: 132)
Malam Nisfu Syaban Sama Dengan Malam Lainnya
Shalat tahajud di luar Nisfu Syaban, nilainya tetap sama dengan shalat tahajud di malam Nisfu Syaban. Jadi pahalanya tetap sama baik kita mengerjakan shalat tahajud di malam Nisfu Syaban ataupun di luar malam Nisfu Syaban.
‘Abdullah bin Al Mubarak rahimahullah pernah ditanya mengenai turunnya Allah pada malam Nisfu Syaban, lantas beliau pun memberi jawaban pada si penanya, “Wahai orang yang lemah! Yang engkau maksudkan adalah malam Nisfu Syaban? Perlu engkau tahu bahwa Allah itu turun di setiap malam (bukan pada malam nisfu Syaban saja, -pen).” Dikeluarkan oleh Abu ‘Utsman Ash Shobuni dalam I’tiqod Ahlis Sunnah (92).
Al ‘Aqili rahimahullah mengatakan, “Mengenai turunnya Allah pada malam nisfu Sya’ban, maka hadits-haditsnya itu layyin (menuai kritikan). Adapun riwayat yang menerangkan bahwa Allah akan turun setiap malam, itu terdapat dalam berbagai hadits yang shahih. Ketahuilah bahwa malam nisfu Sya’ban itu sudah termasuk pada keumuman hadits semacam itu, insya Allah.” Disebutkan dalam Adh Dhu’afa’ (3/29). (Lihat Fatwa Al Islam Sual wa Jawab, no. 49678)
Cukup Memperbanyak Amalan Puasa di Bulan Syaban
Kalau kita mau meraih kebaikann maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sudah mencohkan, yakni memperbanyak puasa sunnah di bulan Syaban.
Dalilnya, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
“Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Syaban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
Yang Mempunyai Utang Puasa Ramadan Segera Lunasi
Kalau Anda mempunyai utang puasa Ramadan maka segeralah dilunasi karena bulan Syaban adalah bulan terakhir sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jangan sampai meninggalkan hutang puasa Ramadan tahun lalu kemudian masuk bulan Ramadan berikutnya.
Dalilnya, dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ
“Aku masih memiliki utang puasa Ramadan. Aku tidaklah mampu mengqadhanya kecuali di bulan Syaban.” Yahya (salah satu perowi hadits) mengatakan bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena beliau sibuk mengurus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 1950 dan Muslim no. 1146)
Perbanyak Pula Amalan Bacaan Alquran di Bulan Syaban
Salamah bin Kahil berkata,
كَانَ يُقَالُ شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ القُرَّاء
“Dahulu bulan Syaban disebut pula dengan bulan membaca Alquran.”
وَكَانَ عَمْرٌو بْنِ قَيْسٍ إِذَا دَخَلَ شَهْرُ شَعْبَانَ أَغْلَقَ حَانَوَتَهُ وَتَفْرُغُ لِقِرَاءَةِ القُرْآنِ
‘Amr bin Qois ketika memasuki bulan Syaban, beliau menutup tokonya dan lebih menyibukkan diri dengan Alquran.
Abu Bakr Al Balkhi berkata,
شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرُ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقْيِ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حِصَادِ الزَّرْعِ
“Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya’ban saatnya menyiram tanaman dan bulan Ramadan saatnya menuai hasil.” (Lihat Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 92748)
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah. Semoga kita termasuk diantara orang-orang yang mendapatkan taufik dan hidayah sehingga mendapatkan kesempatan untuk mengerjakan puasa Ramadan yang tidak lama lagi. (sumber rumaysho.com)