Oleh: Anna Fatmawati, S.Pd.SD, (Guru SDN Sidorejo Bandongan Magelang)
Negara kita merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu ribu pulau. Mulai dari Sabang sampai Merauke serta beragam corak suku, bahasa, adat istiadat yang sudah turun temurun mulai dari nenek moyang sampai zaman now.
Tapi tahukah? bahwa di zaman yang modern seperti sekarang ini lebih mengedepankan teknologi yang serba canggih. Gaya hidup zaman now sudah merubah moralitas anak anak muda masa kini.
Budaya Jawa sudah hilang lenyap, karena dianggap kolot, kuno dan ketinggalan zaman. Padahal orang tua kita selalu berpesan “ Ojo lali karo daerahmu dhewe, kowe kuwi wong jawa dadi kudu ngerti tradisi sing ana Jawa”. Ah masa bodoh yang penting aku bisa hidup senang dan enak begitu jawab anak anak zaman now.
Melihat fenomena tersebut tentu saja membuat kita miris. Ternyata budaya daerah tidak bisa dipertahankan. Sudah seharusnya tradisi yang turun temurun itu dilestarikan sebagai kekayaan budaya daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional dan tidak akan pernah hilang.
Roda kehidupan terus berjalan dari waktu ke waktu dan tradisi masyarakat yang ada di daerah tidak akan mungkin sirna.
Seperti kita ketahui bahwa tradisi mitoni, genduren, sekaten, mauludan akan sering dijumpai bukan hanya di pedesaan tapi di masyarakat perkotaan masih ada yang melaksanakan kebiasaan tersebut.
Tapi berbeda dengan anak anak zaman now yang ada di kota. Mereka lebih menghabiskan waktu mauludan untuk pesta dan konvoi motor di jalanan atau nongkrong bareng teman-teman sambil minum dan merokok.
Orang tua sudah sering mengingatkan tapi mungkin belum dapat hidayah jadi masih berperilaku menyimpang. Tradisi mauludan yang ada di masyarakat kita bahkan disyariatkan Islam untuk datang ke masjid untuk duduk mendengarkan pengajian. Kemudian makan nasi kuning tumpeng bersama-sama warga sebagai rasa syukur sama Allah SWT.
Tradisi adalah tetap tradisi yang sudah menjadi adat/kebiasaan yang turun temurun dilakukan oleh masyarakat Jawa. Dan perlu diketahui bahwa tradisi masing-masing daerah berbeda beda, misal: Jawa Tengah dengan Sumatera, Bali dengan Jawa Barat, Papua dengan Kalimantan.
Semuanya berasal dari budaya daerah setempat yang wajib dilestarikan. Begitu juga apabila kita terpilih sebagai perwakilan/ duta bangsa Indonesia ke luar negeri, tetap membawa harum nama dan budaya Indonesia.
Cara berpakaian kita juga jangan mengikuti anak anak zaman now yang serba glamor tapi berpakaian yang tetap memegang tradisi daerah masing-masing, seperti: memakai baju batik justru akan membawa nama baik Indonesia semakin dikenal di negara-negara asia dan Eropa.
Kenapa mesti malu dengan berpakaian batik ke luar negeri. Berbanggalah karena kita sudah melestarikan budaya daerah asal kita. Sudah kewajiban kita untuk mengajak anak-anak masa kini menjadi anak yang ngetrend dengan blangkon di kepala dan baju surjan serta selop di kaki. Tak lupa mengikuti kegiatan positif itulah zaman now, zamannya anak muda yang kreatif dan inovatif.
Tentunya semua itu tidak terlepas dari melestarikan budaya daerah sendiri agar anak anak muda tidak pernah lupa dengan jati diri daerah asal masing-masing, contohnya : Magelang.
Dimanapun kita berada, pasti orang akan melihat darimana asalnya dari tutur bahasa kita, pakaian kita yang terlihat langsung oleh orang lain. Anak-anak zaman now juga perlu kita arahkan pada kegiatan-kegiatan yang positif, seperti: mengikuti lomba pidato yang diselenggarakan oleh acara televisi Aksi Indosiar, yang pesertanya dari seluruh Indonesia. Pesertanya beragam corak bahasanya dan pakaian tradisional dari daerah tempat asalnya. Ini juga merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya daerah di zaman now.
Jadi jangan salah, kalau zaman now adalah zamannya anak muda yang lagi ngetrend dengan budaya daerah setempat. Yang tidak akan pernah lupa dengan jati diri asal daerahnya masing-masing dan akan selalu dikenang sampai kapanpun.
Masih banyak upaya untuk melestarikan budaya daerah di zaman now. Contohnya di sekolah-sekolah ada aturan memakai baju adat setiap tanggal 21 April atau hari jadi daerah juga diperkenankan untuk memakai baju adat. Setiap memperingati Hari Kartini semua guru dan murid wajib memakai baju adat. Malah ada yang diselingi dengan lomba keluwesan busana, kirab/ karnaval keliling kota dengan memamerkan busana dari berbagai daerah di Indonesia.
Bukan hanya itu, masyarakat begitu antusias melihat kirab keliling dengan busana beraneka ragam setiap ada perayaan HUT Kemerdekaan RI.
Sudah jelas bahwa budaya daerah di zaman now tidak akan sirna dimakan waktu, tapi akan terus melekat di sanubari anak-anak masa kini.
Sebagai generasi penerus bangsa yang mewarisi beragam budaya daerah meliputi: suku, bahasa, pakaian adat, makanan khas tradisional dari berbagai penjuru daerah di Indonesia sudah seharusnya menjaga, memelihara serta melestarikan budaya daerah yang sudah turun temurun berasal dari nenek moyang kita. (*)