TEMANGGUNG, MAGELANGKSPRES.COM – Sempat dihantam problem cuaca yang kurang begitu mendukung di awal masa tanam, para petani tembakau di wilayah lereng gunung berharap agar kondisi cuaca pasca panen dapat berlangsung sesuai harapan.
Menurut Yamuhadi (45), salah seorang petani tembakau di lereng Gunung Sumbing asal Desa Wonosari, Kecamatan Bulu dengan kondisi cuaca yang kurang mendukung di awal masa tanam menyebabkan kondisi pertumbuhan tanaman tembakau menjadi kurang maksimal.
“Situasi ini terjadi merata hampir di semua lahan tanam tembakau wilayah lereng pegunungan,” ujarnya, Jumat (5/8/2022).
Oleh karena itu para petani berharap agar kondisi serupa tak terjadi saat masa pasca panen. Sehingga cuaca mendatang kembali bersahabat dan petani memperoleh hasil tembakau dengan kualitas yang baik.
Dengan kondisi itu, pihak pabrikan dapat membeli tembakau petani dengan harga tinggi sesuai ekspektasi mereka. Terlebih, secara kuantitas hasil panenan diprediksi akan mengalami sedikit penurunan.
Dijelaskan, secara hitung-hitungan dan analisa usaha, untuk luasan lahan tanam 1 hektare, petani membutuhkan biaya operasional setidaknya mencapai Rp 70 juta dengan tingkat produktifitas panenan mencapai sekitar 600 hingga 700 kilogram.
“Dengan hitung-hitungan tadi, paling tidak harga jual tembakau ke pabrikan minimal di angka Rp 85 ribu sampai Rp 100 ribu per kilogram untuk grade C. Kalau cuaca ke depan membaik seperti harapan petani, akan ada juga tembakau dengan kualitas grade E, F, dan G yang dibanderol dengan harga Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu per kilogramnya. Semoga saja terjadi dan petani mampu memperoleh keuntungan,” bebernya. (riz)