PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.ID – Pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Bener memberikan dampak negatif terhadap warga sejumlah desa di sekitar proyek bendungan. Warga mulai kesulitan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka lantaran sumur warga yang surut.
Hal itu terungkap dalam forum audiensi Masyarakat Terdampak Bendungan (Masterbend) digelar di DPRD Kabupaten Purworejo, Rabu (22/12). Dalam kesempatan itu, peserta audiensi diterima oleh Ketua DPRD didampingi beberapa anggota lainnya. Selain itu juga dihadiri oleh pihak Badan Pertahanan Nasional (BPN), Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSO).
Koordinator Masterbend, Eko Siswoyo mengatakan, semenjak proyek bendungan berjalan banyak sekali sumber mata air yang rusak. Termasuk sumur-sumur warga juga semakin dalam hingga pompa air tidak kuat menyedot air.
“Mohon ini menjadi perhatian serius dari BBWSO atau perusahaan yang terlibat dalam proyek Bendungan Bener,” tandasnya.
Menanggapi hal tersebut dari pihak BBWSO, Muhammad Yushar Yahya selaku PPK Bendungan Bener, menyampaikan bahwa potensi kekurangan air tersebut sebenarnya sudah diantisipasi dengan membuat sumur bor sedalam 100 meter. Namun pada perkembangannya, sumur tersebut debit airnya berkurang sehingga tidak mampu menopang kebutuhan warga.
“Upaya yang sedang kami lakukan untuk mencukupi kebutuhan air baku bagi warga terdampak bendungan saat ini adalah dengan membangun infrastruktur air juga tandonnya. Rencananya untuk airnya akan diambilkan dari Sungai Bogowonto,” terangnya.
Proses pembangunan insfrastruktur air baku untuk warga terdampak tersebut, sambungnya, diperkirakan baru selesai pada bulan Maret mendatang. Selain itu, kebutuhan listrik untuk menyedot air dari Bogowonto juga tinggi, sehingga membutuhkan instalasi khusus dari PLN. “Untuk instalasi listriknya diperkirakan selesai bulan berikutnya. Jadi untuk infrastruktur suplay air baku bagi warga sesuai dengan scedule dari kami akan selesai pada akhir April,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Dion Agasi Setiabudi menegaskan bahwa selama proses persiapan infrastruktur air, kebutuhan suplay air baku untuk warga harus dipikirkan. Dion menyarankan agar BBWSO dapat melakukan droping air bagi warga terdampak.
“Tidak hanya droping saja, tapi harapan kami juga air itu sampai ke rumah-rumah warga. Bisa melalaui jaringan Pamsimas yang ada atau membuat jaringan sendiri. Namun jangan hanya sekedar di drop di satu titik, nanti warga yang mengambil secara mandiri. Kasihan warga yang aksesnya jauh,” katanya. (luk)