MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.ID – Jurusan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura SMKN 1 Bulakamba Kabupaten Brebes mengirimkan dua pengajar untuk mendalami ilmu kultur jaringan di V&M Biotechnology Muntilan Kabupaten Magelang, Sabtu (7/1).
Pelatihan Kuljar tersebut dimaksudkan untuk menambah keahlian para pengajar di sekolah tersebut. Sekolah berharap nantinya para guru yang sudah dilantih diharapkan mampu menarik para siswa untuk lebih bersemangat belajar kultur jaringan.
Pelatihan kultur jaringan dilaksanakan selama 4 hari mulai dari 4 Januari 2023 lalu. Ernowati SP dan Ari Kurniarti SP adalah dua guru SMKN Bulakamba Brebes yang berkesempatan belajar kultur jaringan di laboratorium milik Pranowo tersebut.
Ernowati selain sebagai guru juga menjabat Kepala Jurusan SMKN 1 Bulakamba Brebes, Jurusan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hotikultura mengungkapkan selama ini pembelajaran kultur jaringan yang didapatnya sangatlah sulit diterapkan ke siswa SMK.
Untuk itu banyak informasi jika pembelajaran kultur di Muntilan ini sangat mudah dimengerti bagi siapa pun termasuk siswa. “Ada suatu bantuan dari Astra, nah program awal bagaimana SMK bisa menciptakan bibit tanaman langka dengan teknik kultur jaringan.
Kami sebagai penggajar di situ kita diajarin dari Astra tekniknya kultur jaringan, kita dikirim ke IPB, LIPI untuk belajar perbanyakan sampai dengan bibit tanaman langka.
Tapi untuk pemula belum mampu sehingga kami mengajukan untuk perbanyakan tanaman yang sudah terbiasa dikembangkan di lab kami,”katanya.
Pembelajaran Kuljar yang didapatkan di tempat lain masih kurang praktis dan tingkat kegagalannya masih tinggi. Untuk itu, pihak sekolah memperdalam lagi pembelajaran kultur jaringan.
“Misi sekolah kami di SMK 1 Bulakamba mengajar mapelnya pembibitan dan kultur jaringan tanaman untuk mengetahui teknik secara praktis bagaimana kita bisa menyampaikan ke anak praktek yang lebih simpel praktek yang lebih mudah dipahami karena kalau kita belajar teorinya anak-anak SMK sedikit mengalami kesulitan di situ kan ada beberapa istilah yang menurut mereka asing, semua kita mau mengadopsi mana sih yang lebih simpel mana sih yang bisa mudah diterima anak-anak.
Karena SMK itu kan setingkat SMA pemikiran mereka masih sederhana kita mau mengadopsi itu kemudian yang berikutnya dari pemahaman itu kita kepengin karena tuntutan dari SMK Bagaimana anak-anak itu bisa memproduksi, nah itu yang yang menjadi kendala kita di sekolah Bagaimana bisa memproduksi anak-anak tidak bisa melakukan secara benar seperti itu lah kita di sini banyak sekali pembelajaran secara praktek secara teori Kita bisa belajar sendiri tapi secara praktek yang praktis dan tepat,”terangnya.
Belajar selama ini yang diberikan ke siswa SMK belajar praktek hanya untuk praktek aja. Anak mencoba sudah bisa tahap-tahapnya sudah tahu prakteknya sudah, tapi tidak menghasilkan kelanjutannya.
Jadi misalnya sudah bisa memindahkan ke botol kalau itu kan sudah selesai enggak ada kelanjutannya sebenarnya di mapel itu enggak ada bagaimana kelanjutannya itu enggak ada sudah stop sampai di situ tapi bagaimana kita nantinya setelah kita bisa membuat seperti itu mau diapakan tidak boleh putus terus terus siklus yang nanti outputnya ya bibit sudah bisa siap tanam.
“Sementara masih mengembangkan di Brebes anggrek. Apalagi di Brebes belum banyak yang mengembangkan.
Kesannya belajar di Muntilan ini lebih praktis dan berbeda namun mudah dipahami jadi tadi kesimpulan sementara saya belajar di sini kalau memang ada yang lebih praktis kenapa pakai yang ribet gitu kesannya,”ungkapnya. (hen/adv)