MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.ID – Dalam acara Ngopi Bareng Pak Wali bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Magelang, masyarakat Kota Magelang diharapkan dapat hidup guyub rukun tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan.
Walikota Magelang, dr Muchamad Nur Aziz yang juga sebagai narasumber dalam acara tersebut mengatakan, wilayah diharapkan menjadi kota dengan tingkat toleransi antarmanusia yang tinggi.
“Kota Magelang kondusif. Tidak ada persoalan signifikan antara ormas, agama dan lainnya. Kota Magelang sudah cukup baik, tinggal kita pertahankan,” katanya pada Senin, 6 Maret 2023 lalu.
Acara yang berlangsung di Pendopo Pengabdian itu turut dihadiri oleh Wakil Walikota Magelang KH M Mansyur, Kapolres Magelang Kota, Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah, Ketua FKUB Jawa Tengah, Kodim 0705/Magelang, Kepala Kejaksaan Negeri Magelang, dan beberapa OPD di lingkungan Pemkot Magelang.
Pemkot Magelang memiliki program-program unggulan yang menjunjung tinggi nilai toleransi, salah satunya Program Magelang Agamis (Progamis) yang diturunkan dalam bentuk pencanangan Kampung Religi. Progamis juga berkolaborasi dengan Kampung Kerukunan yang digagas oleh Kementerian Agama (Kemenag).
Saat ini Kota Magelang berada di peringkat 6 Kota Paling Toleran di Indonesia versi Setara Institut.
Menurut Aziz, kerukunan dibutuhkan contoh dan ilmu. Para pemimpin, pemangku wilayah, tokoh masyarakat dan tokoh agama harus menjadi teladan bagi masyarakat tentang hal toleransi.
“Kota Magelang peringkat ke 6 Kota Toleransi Nasional. Kita lihat Kota Singkawang (Kalbar) itu hebat. Dan tidak gampang menjadi Kota Toleransi. Mereka sudah asimilasi,” tandasnya.
Dia melanjutkan, memasuki tahun politik ini, dia mendorong masyarakat untuk tetap menjaga kondusivitas Kota Magelang. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan TNI, Polri, keamanan pemerintah daerah setempat demi menjaga stabilitas keamanan Kota Magelang.
“Hari-hari ini Pemkot Magelang betul-betul ingin membuat masyarakat pandai, memandang agama tidak pakai kacamata kuda tapi tepa selira,” imbuh Aziz.
Sementara itu Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah, Musta’in Ahmad mengatakan moderasi cara beragama perlu diterapkan di tengah masyarakat. Meski saat ini masyarakat dihadapi oleh kerawanan ekstrem.
“Negara ini hadir bukan untuk minoritas dan mayoritas, akan tetapi untuk kesatuan. Bersikap moderat dalam beragama sangat diperlukan tetapi kita tidak boleh berlebihan. Kerawanan ekstrem pasti datang baik dari beragama yang ke kanan maupun ke kiri,” ujarnya.
Ia berpesan, di saat ini masyarakat dihadapi dengan keterbukaan informasi dan teknologi. Yang dampaknya dapat kita rasakan baik itu menguntungkan bahkan menyesatkan.
“Forum seperti ini sangat penting untuk menghindari atau menjadi benteng di tengah keterbukaan informasi dan teknologi yang juga kerawanan ekstrimisme dalam beragama,” papar Musta’in. (mg1)