WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES.COM– Harga daging sapi di Kabupaten Wonosobo dianggap masih stabil, meski diterpa merebaknya penyebaran penyakit mulut
dan kuku (PMK) di sejumlah daerah.
Kenaikan harga kebutuhan pokok masyarakat diduga lantaran masih banyak hajatan dan halal bil halal pada bulan Syawal.
“Ada kenaikan harga daging sapi, namun masih kita nilai wajar. Pada monitoring yang dilakukan tim kepokmas harga daging sapi sudah tembus Rp135 ribu per kilogram, atau naik sebesar 6,8 persen dibanding harga pada bulan lalu,” ungkap Kepala Disdagkop UMKM, Bagiyo Sarastono, kemarin.
Menurutnya, sesuai dengan hasil rakor terkait penanggulangan penyakit kuku dan mulut beberapa waktu lalu, Disperindagkop UMKM, utama bidang perdagangan memiliki tugas melakukan pemantauan terhadap harga daging sapi dan kambing serta domba.
“Kita memantau perkembangan harga daging, khususnya harga daging sapi, lantaran konsumsi daging tersebut di Kabupaten Wonosobo cukup tinggi, sehingga ketika merebaknya penyakit kuku dan mulut, harus menjadi perhatian lebih inten lagi,” ujarnya.
Dijelaskan, bahwa kenaikan harga daging sapi belakangan ini, diduga belum disebabkan karena penyakit mulut dan kuku, namun karena masih di bulan Syawal, dimana kegiatan halal bihalal dan kegiatan silaturahmi masih cukup tinggi.
“Jadi kenaikan harga daging sapi pada bulan ini, kemungkinan pemicunya bukan karena penyakit kuku dan mulut tapi permintaan yang tinggi karena banyak hajatan di bulan Syawal,” terangnya.
Selain itu, harga harga lain yang mengalami kenaikan pada minggu terakhir bulan Mei ini diantaranya harga aneka jenis cabai, baik cabai rawit, cabai rawit merah, cabai hijau dan cabai merah keriting, bawang dan telur juga mengalami kenaikan cukup signifikan.
“Harga bawang merah ini juga tinggi, sebelumnya Rp29 ribu per kilo menjadi Rp45 ribu per kilogram,” bebernya.
Meski terdapat kenaikan harga harga kebutuhan pokok, namun pastikan stok barang yang tersedia di pasaran, baik pasar tradisional maupun pasar modern tersedia cukup. (gus)