MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.ID – Tak hanya punya tanggung jawab membuat taman dan fasilitas umum di Kota Magelang terlihat bersih, indah, dan asri setiap harinya, para petugas pertamanan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) rupanya juga memiliki bakat terpendam.
Di sela pertunjukkan air mancur menari di Alun-alun Kota Magelang, Sabtu, 4 Februari 2023 malam lalu, para petugas pertamanan ini berhasil tampil atraktif menyuguhkan kesenian tradisional kepada pengunjung di jantung kota tersebut.
Gegap gempita, riuh meriah suasana malam seakan menjadi pemandangan langka sejak pandemi Covid-19 melanda, Maret 2020 silam. Nyaris dua tahun, gerak gerik masyarakat dibatasi, mobilitas juga dikurangi.
Jangankan melihat konser megah, menyaksikan pemandangan air mancur menari di Alun-alun saja tidak boleh. Padahal, sejak diresmikan pada malam tahun baru 2018 silam, air mancur menari Alun-alun adalah magnet tersendiri bagi warga yang ingin menyaksikan pertunjukan eksotis itu setiap akhir pekan.
Kini, setelah nyaris tiga tahun, Alun-alun sukses membangkitkan rasa kagum, kaget, sekaligus takjub dengan pemandangan baru malam kemarin. Tidak hanya penampilan menarik air mancur menari, di sekitar kawasan itu juga disuguhi pertunjukan tarian tradisional oleh belasan petugas pertamanan DLH Kota Magelang.
Ya, mereka tidak hanya piawai menjaga taman dan estetika Kota Magelang tetap cemerlang setiap hari. Rupanya, bakat seni juga terpendam dalam diri mereka, sukses membuat decak kagum para pengunjung yang ada di kawasan Alun-alun.
Penampilan tarian klasik tradisional dengan sentuhan konsep modern itu berbarengan dengan penyalaan air mancur menari pada pukul 19.30 WIB setiap akhir pekan.
Kemunculan belasan penari berkostum menarik ini pun membuat publik jadi penasaran. Warga bergegas menyemut di area air mancur, untuk melihat air mancur sekaligus penampilan tarian tradisional yang dibawakan para petugas pertamanan.
Menariknya, meski tidak dibarikade, ratusan warga yang berkumpul di seputar air mancur menari tetap tertib. Bahkan, tidak ada satupun yang menginjak taman air mancur, maupun masuk ke area pentas tarian tradisional. Warga hanya mengabadikan momen itu dengan merekam aksi tarian, pentas air mancur, dibalut dengan dentuman musik gamelan jawa.
Kabid Pengelolaan Pertamanan dan Pemakaman, DLH Kota Magelang, Dr Yetty Setyaningsih menjelaskan bahwa penampilan tarian tradisional berkolaborasi dengan alunan musik jawa ini menjadi inovasi bidangnya untuk membangkitkan kembali antusias masyarakat di kawasan dancing fountain atau air mancur menari.
Selama pandemi lalu, lebih dari dua tahun air mancur terbesar di Kota Magelang itu dinonaktifkan. Usai pembatasan dicabut, air mancur itu bisa dinyalakan lagi.
Namun, Ketua IALI Jawa Tengah itu tak ingin air mancur sekadar menyala seperti biasanya. Perlu adanya inovasi sentuhan seni dan budaya, sehingga selain untuk hiburan juga ada tujuan memberikan edukasi maupun pelestarian budaya daerah.
“Jadi ini merupakan inovasi dari kami, untuk memberikan hiburan sekaligus edukasi dan pelestarian budaya lokal. Personel tarian semuanya merupakan petugas di Bidang Pertamanan DLH Kota Magelang. Kami ingin menjelaskan kepada publik bahwa kami bekerja tidak kenal lelah, siap menjaga kebersihan dan mampu menampilkan kesenian yang edukatif,” ujarnya.
Keunikan lainnya, pentas seni tradisional personel Bidang Pertamanan ini juga tidak memakan biaya yang terlalu besar. Betapa tidak, kostum yang mereka pakai ini adalah hasil daur ulang sampah yang didapat dari Kampung Organik dan Bank Sampah binaan DLH Kota Magelang.
“Kami tidak membeli kostum itu, melainkan lewat cara kreatif kami mendaur ulang sampah. Kami ingin sampaikan pesan bahwa tak melulu sampah itu harus dibuang, tapi bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lain bahkan bernilai rupiah,” tandasnya.
Dia berharap, melalui pentas rutin sebulan sekali ini, keberadaan dancing fountain tidak cuma memberikan hiburan kepada masyarakat, tetapi juga upaya pelestarian budaya dan kesenian tradisional.
“Termasuk memadukan antara kesenian tradisional dengan kesenian daerah. Jadi tidak hanya lagu-lagu barat saja yang mengiringi dancing fountain, tetapi ada edukasi terutama kepada generasi muda kita supaya cinta dengan kesenian dan budaya daerah,” pungkasnya. (wid/adv)