MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.ID – Jenang Lot, cemilan manis khas Magelang ini, kini menjadi primadona bagi setiap wisatawan yang berkunjung ke Magelang. Apalagi, proses pembuatan pengolahan yang masih menggunakan cara tradisional menjadi khas dari makanan ini.
Produsen Jenang Lot legendaris di Kabupaten Magelang salah satunya berada di Bojong, Mendut, Kecamatan Mungkid yang sudah berdiri selama 30 tahun. Mbah Syamsuri, pemilik usaha Jenang Lot mengaku usahanya turun temurun dari keluarganya.
“Sudah 30 tahun usaha jenang ini berdiri. Dan sampai sekarang kita bisa mempekerjakan orang disekitar, tapi jumlahnya tidak pasti. Karena kita membutuhkan tenaga lain sesuai kebutuhan pesanan,” ujar Syamsuri kepada wartawan, Jumat 3 Maret 2023.
Proses pengolahan yang membutuhkan waktu lama menjadi ciri khas dari makanan manis ini. Syamsuri membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam tanpa henti untuk pengadukan jenang.
Adapun bahan baku pembuatannya yakni beras jawa, ketan, santan, gula jawa, gula pasir dan tepung. Setelah itu bahan dicampur hingga membentuk adonan yang padat dan kenyal.
Kemudian barulah adonan tersebut dipanaskan di atas tungku pembakaran hingga adonan kental. Jenang Lot Karya Sari ini tidak dipasarkan dimanapun, hanya tersedia di rumah produksi Mendut.
Sementara itu, anak dari Mbah Syamsuri, Siti Maisaroh yang juga mengelola Jenang Lot Karya Sari mengaku banyak tamu dari luar kota yang sengaja mampir ke rumah produksi untuk oleh-oleh.
“Kita belum menjual produk ini kemana-mana, alhamdulilah mereka yang membutuhkan pada datang. Kebanyakan tamu dari luar kota atau wisatawan yang ingin membawa oleh-oleh khas Kabupaten Magelang,”paparnya saat ditemui.
Maisaroh mengaku akhir-akhir ini, kenaikan harga di pasaran juga mempengaruhi produksi jenang. Terlebih kenaikan harga pada tepung dan gula pasir.
Hal ini membuat kenaikan harga jual menjadi Rp50 ribu per kilogram yang semula Rp45 ribu per kilogram. Jenang Lot Karya Sari ini sempat mengalami kendala saat kenaikan harga BBM hingga sepi pembeli.
“Kita mengikuti harga bahan baku, sekarang ini banyak yang naik ya. Kalau lebaran nanti kita juga lihat harga bahan baku dulu. Tetapu di harga yang segini, termasuk harga yang terjangkau apalagi untuk para wisatawan,” imbuh Maisaroh.
Meski pemasaran jenang ini masih dari mulut ke mulut namun cukup menarik perhatian khalayak untuk mencicipi makanan khas Kabupaten Magelang ini.
Untuk diketahui Jenang Lot ini berasal dari kata “alot”. Karena tekstur cukup alot dan kenyal tetapi rasa yang sangat manis menggigit.
Mendekati bulan Ramadhan, produksi jenang ini semakin bertambah banyak. Terlebih mendekati hari raya Idul Fitri, Mbah Syamsuri dan Maisaroh dapat memproduksi hingga 2 kwintal.
“Sekarang sudah mulai ramai, nanti H-10 lebaran biasanya produksi 1 kwintal sampai 2 kwintal. Yang dibantu oleh empat tenaga laki-laki dan enam perempuan,” ucapnya.
Tak hanya menyediakan jenang, Maisaroh juga mengolah makanan Jawa khas Magelang lainnya seperti krasikan, peyek petho, peyek cabai, peyek kacang dan grubi .(mg1)