TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.COM – Sejumlah tradisi dan budaya digelar di Kecamatan Kandangan dan Tlogomulyo Jumat kemarin. Dewan memandang gelaran tradisi dan budaya ini menjadi salah satu potensi wisata yang patut dikembangkan.
Salah satunya di lembah Dawuhan Dusun Gedongan Desa Ngemplak Kecamatan Kandangan Temanggung, saat ribuan petani kopi menggelar ritual sadranan seribu ketupat.
Tradisi ini dipusatkan di sumber mata air untuk air minum, memasak dan pengairan persawahan serta perkebunan itu warga bersyukur dan berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa.
Usai berdoa, sesepuh warga kemudian membagikan ketupat dan gunungan dari hasil pertanian pada warga.
Sebagian warga makan bersama, sementara pemuda dan anak-anak melakukan perang air di saluran irigasi, yakni saling mencipratkan air hingga basah kuyub.
Sekretaris Desa Ngemplak, Fauzi mengatakan seribu ketupat sesuai jumlah ketupat yang dikonsumsi Kiai Lenging, sang pepunden desa, ketika membuat irigasi yang kini terus dimanfaatkan warga.
Tradisi ini untuk mengenang jasa Kyai dan Nyai Lenging yang telah membuat saluran air untuk lahan pertanian warga.
“Kami bersyukur atas segala karunia dari Tuhan dan berharap tahun depan mendapat limpahan karunia yang lebih dari Tuhan,”tambah Agus Anang tokoh pemuda setempat.
Dikatakan nama nyadran seribu ketupat diambil dari jumlah ketupat yang disediakan Nyai Lenging untuk Kiai Lenging untuk mengerjakan saluran air.
Banyaknya tradisi dan budaya yang digelar di masyarakat, menjadi peluang tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Temanggung untuk mengembangkan potensi lokal ini.
“Tradisi dan budaya di Temanggung sampai tak terhitung, setiap Dusun, Desa dan daerah mempunyai tradisi dan budaya sendiri-sendiri, dan semuanya sangat menarik, memiliki daya tarik tersendiri,”kata Anggota Fraksi PDIP Temanggung E Intan Kurniasari SE. Jumat Kemarin.
Menurutnya, gelaran tradisi dan budaya yang dilakukan oleh masyarakat Temanggung adalah salah satu potensi wisata yang belum tergarap oleh Pemkab Temanggung.
“Masyarakat biasanya menyebutnya dengan nyadran atau selamatan Desa, ini merupakan tradisi yang sudah turun menurun dan wajib untuk dilestarikan,”katanya.
Saat ini katanya, tinggal Pemkab Temanggung dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memoles dan memberikan pemahanan kepada masyarakat, sehingga tradisi dan budaya yang ada bisa dikemas lebih menarik. Dengan demikian bisa memikat wisatawan untuk berkunjung saat tradisi dan budaya digelar.
Bahkan tambahnya,kearifan lokal masyarakat Temanggung juga bisa menjadi daya tarik tersendiri, masyarakat khususnya didaerah pegunungan dan pedesaan masih memegang erat tradisi mereka.
Tidak hanya itu, hidangan dan kudapan khas pedesaan dan pengunungan juga memiliki nilai jual yang tidak kalah dengan potensi wisata yang ada saat in. Sebab sebagian besar masyarakat perkotaan saat ini sangat rindu dengan kondisi pedesaan yang masih murni dan alami.
“Temanggung punya makanan khas, nasi jagung, ndaak borok, bajingan, dan banyak lagi, ini bisa dipadukan dan bisa membuat wisatawan penasaran dan akhirnya berkunjung ke Temanggung,”katanya.
Menurutnya, jika tradisi dan budaya ini bisa dijadikan salah satu objek wisata di Temanggung, maka tidak menutup kemungkinan kedepan Temanggung bisa menjadi salah tujuan wisata tradisi dan budaya.
“Pemkab bisa menginvetarisir semua kegiatan tradisi dan budaya di Temanggung, jika potensi ini digarap dengan serius kedepan potensi wisata di Temanggung tidak hanya mengandalkan wisata alam saja, namun ada pilihan lainnya yang lebih menarik bagi wisatwan,”harapnya.(Set)