KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM – TEKAD dan semangat warga Kampung Poncol, Kelurahan Gelangan, Magelang Tengah memang patut dicontoh. Di tengah kesibukan, mereka menyempatkan merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia dengan membangun sebuah gapura di pintu masuk RW IV, Kampung Poncol. Uniknya, bangunan gapura ini berbahan dasar sampah botol plastik.
Sampah plastik dijadikan struktur bangunan sekaligus hiasan dalam peringatan HUT RI ke-77. Sampah yang digunakan berupa botol minuman, gelas minuman, dan lembaran plastik lainnya.
Sebelum digunakan, warga membersihkan sampah plastik tersebut. Kemudian memberi warna merah dan putih. Setelah diwarnai, sampah plastik itu digunakan untuk menghiasi gapura masuk kampung. Nuansa merah putih tampak indah dan cantik menggantikan umbul-umbul.

Ketua RW IV Kampung Poncol, Agus Wahyudi menjelaskan butuh waktu sekitar seminggu untuk menyelesaikan gapura botol plastik bekas ini. Saat ini sudah selesai 100 persen.
”Pengerjaan dilakukan belasan orang, dari seniman sendiri Pak Didik Eksanto, dibantu pemuda Karang Taruna, PKK, dan masyarakat. Ada tambahannya juga seperti tanaman dan umbul-umbul, agar terlihat indah,” kata Agus, saat ditemui, Senin (15/8).
Ia menyebut biaya pembuatan ornamen semarak Agustusan ini dilakukan dengan cara swadaya masyarakat. Sedangkan penggunaan sampah botol plastik sendiri berasal dari Bank Sampah Pelita (Pemanfaatan Limbah di Sekitar Kita) Kampung Poncol.
”Kita bekerja sama dengan pengelola Bank Sampah Pelita, kebetulan pengurusnya juga dari anggota PKK, jadi kita mudah mencari ratusan botol bekas ini,” ujarnya.
Selain untuk menyambut HUT ke-77 RI, pembuatan gapura secara gotong-royong ini diharapkan mampu menguatkan kerja sama, saling bantu, dan membina hubungan baik antarwarga.
”Tujuan lainnya kita juga ingin ikut partisipasi lomba tingkat Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2019 lalu, Kampung Poncol berhasil menjadi juara lima lomba gapura tingkat Jateng. Harapannya, tahun ini kita menang lagi,” kata Agus.
Dia menambahkan alasan pembuatan gapura dari bahan sampah botol bekas ini merupakan bentuk kreativitas warga untuk mengendalikan jumlah sampah. Meski sederhana, namun menarik dan ramah lingkungan. Di sisi lain, bisa menjadi ajang memacu semangat menjaga kebersihan dan gotong-royong.
”Membuat gapura atau sesuatu karya tidak harus pakai bahan-bahan mahal. Bahkan dengan sampah saja bisa menjadi indah, asalkan kita harus kompak dan semangat. Itu juga bagian meningkatkan kesadaran terutama generasi muda agar tetap semangat mengisi kemerdekaan,” ucapnya.
Dari gapura itu pula, banyak remaja kini memanfaatkan bangunan untuk berswafoto. Ia menilai, letaknya yang dekat dengan bantaran Kali Kotak, sehingga pemandangan di kawasan jalan lingkungan itu kian menarik perhatian.
”Banyak orang yang berhenti di sini, sekadar untuk foto selfie. Apalagi di sini dekat dengan Kali Kotak, jadi menambah keindahan,” ujarnya.
Menurutnya, warga sudah berkali-kali mengusulkan agar Kampung Poncol bisa menjadi destinasi wisata baru. Selain kondisi geografis yang indah, Kampung Poncol hanya berjarak beberapa meter dari kawasan Car Free Day (CFD) yang dipusatkan di kompleks Lapangan Rindam IV/Diponegoro.
”Dari sisi nilai jualnya, sebenarnya Kampung Poncol punya banyak potensi yang mestinya bisa digali. Seperti membuat pasar dadakan, tiap hari Minggu, karena di kawasan ini selalu ramai, terlebih saat CFD,” ungkapnya.
Ketua PKK RW IV Kampung Poncol, Muslimah mengaku sudah menjadi kebiasaan, anggota PKK rajin mengumpulkan sampah. Sebab sampah di kampungnya punya nilai jual.
”Kami punya Bank Sampah Pelita yang diurus anggota PKK dan ibu-ibu di sini. Sampah-sampah yang disetorkan ibu-ibu ini masuk ke tabungan masing-masing. Jadi warga sini sudah paham, kalau punya sampah itu tidak langsung dibuang, tapi dipilah dulu, karena bisa dimanfaatkan lagi,” ujarnya.
Menurutnya, warga RW IV Poncol memang terkenal kreatif dan inovatif. Masyarakat di sana juga rata-rata tidak malas.
”Apalagi kalau ada kerja bakti, hampir tidak pernah ada yang absen. Semuanya kumpul, gotong-royong, meskipun mereka sebenarnya punya kesibukan masing-masing, tapi kalau urusan kerja bakti pasti kompak,” terangnya. (prokompim/kotamgl/des)