MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.ID – Baru-baru ini, kasus Lumpy Skin Disease (LSD) ditemukan di salah satu hewan ternak. LSD merupakan penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV) yang menyerang hewan ternak seperti sapi dan kerbau.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang mencatat, sebanyak 23 kasus telah ditemukan hingga 21 Februari 2023 lalu. Oleh karena itu, Pemkab Magelang mempercepat vaksinasi sebagai pencegahan penularan LSDV pada hewan ternak.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang, Joni Indarto mengatakan, ke-23 kasus ini tersebar di beberapa kecamatan. Penyakit yang cepat menular itu sampai sekarang belum ada obatnya, sehingga diperlukan langkah pencegahan yang masif.
“Setiap ada laporan kami langsung menindaklanjuti melalui petugas Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner untuk diperiksa dan dilaksanakan pengobatan dan vaksinasi sesuai gejala yang nampak pada hewan,” ujarnya.
BACA JUGA : 9.000 Ekor Sapi di Kabupaten Magelang Berhasil Manfaatkan Program IB
Lebih lanjut ia memaparkan penularan LSD ini dapat terjadi secara langsung melalui kontak mata dengan lesi kulit.
Namun tidak menutup kemungkinan penularan terjadi melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu. Selain itu, penularan LSD juga bisa dipengaruhi intrauterine.
“Ada juga yang secara tidak langsung, penularan terjadi melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD seperti pakan kandang, peralatan kandang dan jarum suntik. Penularan secara mekanis terjadi melalui vector yaitu nyamuk, lalat dan caplak,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa virus yang berasal dari genus Capripoxvirus dan family Poxviridae ini juga banyak dipengaruhi faktor umur, ras, dan status imun ternak. Tanda klinis utama LSD adalah lesi kulit berupa benjolan (nodul) berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan di daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing.
Pada kasus berat, benjolan-benjolan tersebut dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh. Munculnya benjolan ini biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40,5 derajat celcius. Tanda klinis lainnya yaitu stamina tubuh hewan lemah, adanya leleran hidung dan mata.
BACA JUGA : Peternak Sapi Resah, Virus LSD Mulai Makan Korban, Dinas: Vaksin Baru Datang Akhir Bulan
Tak hanya itu, jika peternak menemukan tanda ini pada hewan ternaknya maka harus diwaspadai. Seperti pembengkakan pada limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi edema pada kaki.
LSD juga dapat memberikan efek abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas, hingga demam berkepanjangan.
Pencegahan secara spesifik, lanjut Joni, dilakukan dengan vaksinasi. Pihaknya sudah melakukan vaksinasi LSD pada ternak sebanyak 700 ekor di beberapa kecamatan dengan persediaan vaksin yang masih terbatas yaitu sebanyak 1.000 dosis.
“Selain vaksinasi, kita juga gencarkan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) agar peternak selalu meningkatkan kewaspadaan dengan cara desinfeksi kandang, membatasi pergerakan ternak, orang dan peralatan serta memisahkan ternak yang sakit,” katanya.
Dispeterikan juga turut meningkatkan pengawasan ketat terhadap ternak yang masuk ke pasar. Salah satu yang dilakukan adalah desinfeksi pasar hewan terutama ternak yang berasal dari luar daerah.
Untuk diketahui masa inkubasi LSD berkisar antara 1-4 minggu. Meski mortalitas penyakit ini dibawah 10 persen, namun morbiditas yang sering dilaporkan sekitar 45 persen. (mg1)