Siswa SMAN 1 Purworejo Kembangkan Penerangan Darurat Berbasis Recycling
PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.COM – Pandemi Covid-19 tidak membatasi dua siswa SMA Negeri 1 Purworejo dalam berkreasi dan berprestasi. Sebaliknya, adanya keterbatasan belajar selama pandemi justru menantang keduanya untuk melahirkan sebuah karya inovasi di bidang Energi Baru dan Terbarukan. Diberi nama “Ganesha Topday”, lampu buatan mereka yang memanfaatkan recycling atau perputaran energi cahaya, menjadi solusi penerangan darurat tanpa listrik.
EKO SUTOPO, Purworejo
Ganesha Topday memang menjadi inovasi pertama bagi Hilmi Pramono Adi dan Yusuf Ryan Prasetyo yang kini duduk di bangku kelas XII IPA 2 SMAN 1 Purworejo. Namun, inovasi itu sangat bermanfaat mengingat kebutuhan energi untuk penerangan saat ini kian tinggi.
“Apalagi pada masa pandemi seperti ini, orang-orang lebih banyak berada di rumah dan membutuhkan penerangan,” kata Hilmi saat ditemui di bengkel produksi di rumahnya, Kampung Suronegaran RT 1 RW 10 Kelurahan/Kecamatan Purworejo, Senin (30/8).
Ide pembuatan Topday muncul setahun lalu, ketika melihat lampu solar cell di halaman sekolah yang bersumber dari energi matahari pada siang hari dan menyala pada malam harinya. Keduanya yang aktif dalam Ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) terpikir untuk membuat inovasi baru dengan konsep recycling energi yang memanfaatkan energi cahaya matahari dan cahaya lampu ke dalam solar cell. Perburuan referensi pun dilakukan di perpustakaan sekolah dan dunia maya. Konsultasi juga dilakukan dengan Guru Pendamping KIR, Erna Umu Nurlaela.
“Ternyata belum ada produk lampur solar cell dengan konsep recycling energi,” lanjut
Percobaan lalu dilakukan di rumah masing-masing mengingat saat itu masih pembelajaran jarak jauh. Namun, untuk beberapa percobaan yang memerlukan alat khusus, mereka memanfaatkan laboratorium sekolah.
Setelah beberapa pekan, ada titik cerah. Lampu darurat yang dirakit mampu memancarkan cahaya lebih lama daripada lampu darurat yang mengunakan solar cell lain. Lampu ini menggunakan solar cell 6 volt/200 MAh yang ditampung dalam baterai cas berkapasitas 3,7 volt/1750 MAh. Dalam uji coba, penyerapan dari cahaya lampu yang berdaya 3 watt mampu menambah 50 persen energi selain mengandalkan energi cahaya matahari itu sendiri, yakni sekitar 6 jam.
“Inovasi itu kita namakan Ganesha Topday, Ganesha itu identitas sekolah dan Topday artinya Non Stop Everyday,” bebernya.

Jika dibandingkan produk penerangan darurat sejenis yang sudah ada, seperti senter, lampu darurat charge, atau bahkan yang paling banyak digunakan yakni lilin, lampu darurat Topday memiliki sejumlah keunggulan. Salah satunya, pada saat tidak ada cahaya matahari sekalipun (mendung atau malam hari), Topday masih dapat digunakan sebagai sumber energi yang akan ditangkap oleh solar cell. Beberapa komponen yang digunakan pun dapat memanfaatkan barang elektronik bekas, misalnya komponen baterai HP dan inverter (pengubah tegangan).
“Jadi fungsi lampu di sini berperan ganda sebagai sumber penerangan dan sumber energi selain cahaya matahari. Ini juga sangat bermanfaat digunakan dalam situasi kebencanaan, camping, dan lain-lain yang minim energi listrik,” jelasnya.
Hilmi dan Yusuf kian bersemangat mengembangkan temuannya setelah ditugasi sekolah untuk mengikuti Lomba Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) Tingkat Kabupaten Purworejo Tahun 2020. Bersaing dengan inventor dan inovator lain, Topday mampu menyabet juara 2 untuk kategori inovasi bidang energi dan berhak melaju ke tingkat Provinsi Jawa Tengah.
“Sampai saat ini masih terus jalan produksi, tapi karena sudah kelas XII, produksinya jadi terbatas. Mau fokus belajar dan ujian dulu, nanti setelah itu kita kembangkan lagi,” lanjutnya.
Kendati belum dikenalkan secara luas, peminat Topday cukup banyak. Pesanan datang mulai dari guru-guru di sekolah, warga sekitar, hingga para alumni. Sudah ada puluhan unit yang terjual.
Hilmi dan Yusuf meyakini, inovasinya dapat terus dikembangkan. Mereka pun berencana untuk berkreasi dengan berbagai model sesuai kebutuhan masyarakat, seperti lampu belajar, lampu hias, dan lampu estetik cafe.
Harapannya, Topday dapat diproduksi massal sehingga dapat menjadi alternatif Pengganti lampu darurat model teknologi baru yang ramah lingkungan dan pengganti penerangan saat listrik padam.
“Lebih dari itu ya menjadi peluang wirausaha baru yang bisa menyerap tenaga kerja. Kalau ada perusahaan atau pihak ketiga yang ingin kerja sama untuk produksi massal ya kami mau saja,” ungkapnya.
Kreativitas Hilmi dan Yusuf mendapat apresiasi dan dukungan dari sekolah. Guru Pendamping KIR, Erna Umu Nurlaela, menyebut konsep pengembangan telah terprogram. Ke depan, Ganesha Topdaya juga akan dipatenkan.
“Ke depan produk ini rencananya akan dipatenkan juga oleh sekolah dengan harapan akan lebih mantap diedarkan ke pasaran luas,” terangnya.
Dukungan secara khusus disampaikan oleh Kepala SMAN 1, Nur Aziz SPd MPd BI. Pihaknya juga berkomitmen untuk terus mendorong munculnya inovasi-inovasi lain, meskipun dalam masa pandemi yang penuh keterbatasan.
“Saya terus memberikan inspirasi, motivasi dan dukungan penuh kepada anak-anak yang terlibat dalam inovasi dan penelitian, terutama siswa siswa KIR. Di samping itu saya memberikan suport juga kepada ibu bapak guru untuk memaksimalkan fungsi laboratorium dalam kegiatan penelitian, ekperimen, dan ekplorasi terkait ilmu pengetahuan serta mendorong penemuan yang dapat diaplikasikan dan bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya. (*)