MAGELANGEKSPRES.ID, BRUNO – Kasus bencana tanah bergerak di wilayah Kecamatan Bruno terus mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Tak terkecuali komunitas Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Kabupaten Purworejo. Peduli dengan penderitaan yang dirasakan oleh para korban, RAPI Purworejo bergerak cepat menghimpun bantuan untuk disalurkan kepada para korban bencana.
Bantuan berupa paket sembako dan alat kebutuhan pribadi itu diberikan untuk puluhan keluarga di Desa Tegalsari, Somoleter, dan Kaliwungu. Bantuan disalurkan pengurus RAPI Wilayah 25 Purworejo kepada para korban di Somoleter dan Kaliwungu, serta posko pengungsi di Tegalsari.
“Bantuan berasal dari anggota komunitas RAPI di Purworejo,” ungkap Ketua RAPI Wilayah 25 Sigit Ahmad Basuki, kepada awak media di sela-sela kegiatan, Kamis (21/1)
Lebih lanjut dikatakannya, setelah kejadian bencana, komunitas bermusyawarah dan memutuskan untuk menggalang bantuan. Mereka mengumpulkan sumbangan sukarela hingga terkumpul uang senilai Rp 4,6 juta. Hasil donasi dibelanjakan dalam bentuk paket sembako dan kebutuhan pribadi.
“Namun sebelum dibelanjakan, kami berkomunikasi dengan anggota di lapangan dan BPBD Purworejo, apa saja kebutuhan mendesak para korban,” ucapnya.
Berdasar hasil koordinasi, pengungsi di Desa Tegalsari membutuhkan peralatan kebutuhan pribadi, kebutuhan bayi, dan perempuan. Sementara untuk warga terdampak di Somoleter dan Kaliwungu, lanjutnya, masih membutuhkan bantuan sembako.
Program penyaluran bantuan merupakan salah satu upaya komunitas untuk meningkatkan kepedulian sosial para anggota RAPI di Purworejo. “Rencananya ke depan tidak hanya untuk korban bencana, namun kami ada kegiatan rutin, seperti Jumat berkah,” ujarnya.
Ditambahkan, RAPI juga memiliki peran penting dalam setiap peristiwa bencana di Purworejo. Anggota yang diterjunkan ke lapangan untuk bergabung dengan relawan lintas komunitas, akan bertugas mengkomunikasikan peristiwa terkini kepada pemangku kebijakan.
Hasil komunikasi itu, katanya, menjadi dasar pemangku kebijakan untuk menentukan langkah penanganan bencana. “Misalnya untuk bantuan, kami komunikasikan dulu kebutuhan sebenarnya, jadi harus tepat jenis dan tepat sasaran, sehingga tidak ada penumpukan satu jenis bantuan yang akhirnya kurang bermanfaat,” tandasnya. (luk)