KABUPATEN MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM – Sebuah tradisi yang sudah berjalan sejak tahun 1.700-an, tetap dilestarikan hingga kini. Tradisi tersebut bernama Grebeg Lentheng, yang rutin dilaksanakan setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Dusun Gunung Bakal Desa Sumberarum Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.
“Prosesi Gunungan Lentheng sejak zaman dahulu dan dua tahun saat pandemi ritual tetap dilakukan hanya untuk warga setempat. Ini baru pertama sehingga digelar sungguhan setelah pandemi,” ucap Kepala Dusun Gunung Bakal, Ahmad Jadin saat kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Baiturrahim Dusun Gunung Bakal Desa Sumberarum Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang, Sabtu (8/10/2022).
Pada kesempatan ini dihadiri ribuan orang. Dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut, warga datang dari berbagai daerah tersebut duduk lesehan di halaman masjid, rumah rumah warga hingga jalan desa demi mengikuti prosesi budaya Grebeg Lentheng Gunung Bakal Desa Sumberarum Tempuran.
Riwayat asal mula Grebeg Lentheng, saat itu masyarakat sekitar Gunung Bakal masih menganut ajaran Hindu Buddha dengan adat sesaji untuk dewa ketika masa panen. Tradisi sesaji itu oleh Simbah Raden Sayid Abdullah kemudian diubah dengan pembuatan sedekah gunungan hasil bumi, buah buahan dan juga kerupuk Lentheng.
Dalam tradisi ini setiap pintu rumah warga Gunung Bakal terbuka bagi setiap tamu saudara yang berkunjung. Sebagai suguhan jamuan dan buah tangan, sang pemilik rumah telah menyediakan kerupuk lenteng dan rengginang paling sedikit 10 kg beras ketan, tergantung nantinya jumlah saudara yang datang.
Sedangkan gunungan yang terdiri dari ratusan kerupuk Lentheng, rengginan dan hasil bumi ditempatkan dalam masjid. Setiap jamah yang datang dapat melihat langsung seraya memanjatkan doa keselamatan dan keberkahan.
Kegiatan grebeg lentheng diawali dengan tausyiah pengajian dan dilanjut dengan doa bersama sebagai ungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas rejeki dan keselamatan. Sebagai puncak tradisi dibagikan ribuan lentheng kepada para jamaah yang menjadi sedekah warga Gunung Bakal.
“Bahan utama lentheng adalah beras ketan yang mengandung makna perekat silaturahmi antar warga. Proses pembuatan masih sama dan selalu untuk digelar setiap tahu agar terhindar dari ‘pagebluk’ atau petaka,” jelas Jadin.
Jadin mengungkapkan, Lentheng hasil buatan warga Bakal dijamin enak dan tahan lama meski tanpa pengawet. Hal itu karena semua proses pembuatan masih dilakukan secara manual seperti menggiling beras ketan menggunakan kayu buah kokosan dan gedebhog pisang. Semua itu sesuai yang diajarkan Simbah Raden Sayid Abdullah, seorang penyebar ajaran Islam ke tanah Jawa.
Tradisi berusia ratusan tahun ini juga masuk dalam Fasilitasi Upacara Tradisi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang.
Sekda Kabupaten Magelang Adi Waryanto yang hadir dalam acara tersebut mengatakan tradisi Grebeg gunungan lentheng ini sudah ada kurang lebih sejak 1.700 tahun lalu yang merupakan jati diri bangsa, mencerminkan ciri khas watak luhur masyarat.
Tradisi Gunungan Lentheng masyarakat Jawa ini juga wujud penghormatan dan ucapan rasa bahagia menyambut kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah yang membawa ajaran Islam untuk menyempurnakan akhlak manusia.
“Karena dalam Maulid Nabi ini, kita mendapat suatu nilai pelajaran dari Baginda Nabi dalam mengatasi ujian dan tantangan yang sangat berat pada zamannya,” tutur Adi.
Diharapkan pula tradisi Grebeg Lentheng ini dapat menjadi wadah memperkuat tali silaturahmi dan ukhuwah Islamiyyah dalam menjaga kondusifitas rasa aman nyaman bersama.
“Melalui Maulid Nabi ini mari kita jadikan momentum merefleksikan kembali ajaran Baginda Nabi Muhammad SAW. Sekaligus mencontoh menteladani ajaran beliau dalam syiar agama Islam,” kata Adi.(cha)