MAGELANGEKSPRES.ID, MAGELANG – Dalam pembangunan Jalur Aksis Budaya dan Gerbang yang masuk ke kawasan Borobudur, saat ini sedang menunggu dokumen dari UNESCO. Gerbang yang dimaksud adalah Singa Palbapang Mungkid dan Gerbang Gajah Kembanglimus.
“Pembangunan Jalur Aksis Budaya sedang di moratorium menunggu dokumen Heritage Impact Assessment (HIA) yang disubmit ke UNESCO. Termasuk, pembangunan gerbang Singa Palbapang Mungkid dan Gerbang Gajah Kembanglimus Borobudur juga menunggu dari UNESCO,” kata Koordinator Kelompok Kerja Pemeliharaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) Borobudur, Balai Konservasi Borobudur, Bramantara.
Namun pihaknya, belum mengetahui secara pasti kapan dokumen dari UNESCO akan turun, agar pembangunan dapat segera dilanjutkan.
Sementara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 3.6 Provinsi Jateng, Dirjen Bina Marga, Benny W. Christiawan mengatakan, untuk penataan Jalur Aksis Budaya saat ini dalam proses dibangun dua buah jembatan yang menyeberangi Sungai Elo dan Sungai Progo.
Nilai proyeknya sebesar Rp 36 miliar, termasuk proyek multi year yang telah dimulai pada akhir Oktober 2020 dan bakal berakhir pada Juli 2021.
“Jembatan Elo saat ini sudah mulai bangun pilar dan fabrikasi baja jembatannya. Untuk jembatan Progo, kemarin baru selesai pengeboran di satu sisi. Sekarang diminta berhenti oleh BKB karena ada penyelidikan benda arkeologi,” terang Benny.
Benny berharap agar segera dapat melanjutkan proyek tersebut, karena batas waktu hanya sampai Juli 2021, khususnya untuk Jembatan Progo.
“Karena harus selesai pada bulan Juli, maka harus segera dilanjutkan kembali. Karena masih harus fabrikasi pesan kerangka jembatan minimal memakan waktu dua bulan. Kemudian pasang kerangka jembatan memakan waktu satu bulan, dan dilanjutkan finishing,” ungkap Benny.
Adapun dibangunnya jalur tersebut adalah untuk memperkuat integriti tiga Candi, yaitu Candi Mendut, Candi Pawon dan Candi Borobudur. Pengembangan Jalur Aksis Budaya sebagai daya tarik wisata baru, yang berbasis pemberdayaan masyarakat pedesaan, serta merupakan jalur alternatif perjalanan wisata religi. Ini dilakukan untuk mendukung pengembangan visitor management di kawasan Borobudur, sehingga terjadi penyebaran kunjungan wisatawan.
“Nantinya jalur tersebut dapat dilintasi warga dengan berjalan kaki, menikmati langsung budaya masyarakat setempat dan sebagai jalur penghubung antara Candi Mendut, Candi Pawon dan Candi Borobudur,” papar Benny.(cha)