MAGELANGEKSPRES.ID – Masyarakat Indonesia pasti tidak asing lagi dengan salah satu pelengkap masakan yang mempunyai ciri khas manis dan kental. Apalagi kalau bukan kecap manis yang terbuat dari kedelai hitam pilihan.
Dengan nama Malika, kedelai hitam itu menjadi slogan suatu produk kecap ternama yaitu kecap bango dengan ikon burung bangaunya.
Dengan bahan dasar kedelai hitam khas Indonesia ternyata kedelai ini adalah varietas unggulan yang ada di Jawa. Awalnya kedelai hitam dengan sebutan ‘Malika’ ini merupakan produk pengembangan oleh ilmuwan Indonesia.
Baca Juga: Jadikan Pertanian Lifestyle, Kementan dan Pemda Sleman Kukuhkan 777 Petani Millenial
Orang itu adalah Ir Setyastuti Purwanti MS, seorang Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta yang sudah mempopulerkan Malika. Bahkan, ia terus memopulerkan hingga dapat ditanam oleh sebagian besar petani-petani di Jogjakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Malika punya makna tersendiri dalam proses pengembangan kedelai di Jawa. Malika berasal dari bahasa Sanskerta Mallika yang berarti kerajaan.
Dalam kandungan maknanya berarti perjalanan panjang budi daya kedelai hitam hingga menjadi varietas unggul.
Beberapa alasan menyebutkan bahwa Malika menjadi varietas unggul, yaitu karena ketahanan tumbuhan ini terhadap kondisi tanah yang kering, tergenang air atau terhadap hama.
Saat itu ketersediaan kedelai hitam lokal untuk bahan baku kecap sedang terbatas, yang membuat Setyastuti bergerak untuk melakukan riset.
Sebagai permulaan dirinya membudidayakan 40 kilogram kedelai hitam ini dan ternyata usahanya sukses. Pada tahun 2002, ia mengajak para petani untuk bekerja sama menanam kembali kedelai tersebut dengan hasil produksi mencapai 1 ton.
Untuk mendapat predikat varietas unggul tentunya, malika melewati beberapa proses pengujian oleh Setyastuti dan timnya. Sebelumnya kedelai tersebut telah melalui pemurnian benih melalui seleksi masa positif dan negatif.
Selanjutnya dilakukan uji banding Malika untuk menunjukkan keunggulannya, baik dari sisi adaptasi varietas maupun hasil. Uji banding dilakukan dengan menanam enam varietas di lokasi berbeda.
Penanaman dilakukan pada musim kemarau tahun 2005 dan musim hujan tahun 2006. Uji varietas ini bekerja sama dengan Balai Penelitian kacang dan Ubi Kementerian Pertanian.
Berdasarkan uji coba tersebut terdapat hasil yang sangat bagus yaitu di daerah NTB, namun hingga saat ini penanaman masih dilakukan di Jawa karena mengingat lebih ekonomis dan mempermudah pemungutan.
Itulah sejarah singkat tentang Malika si kedelai hitam yang menjadi ikon Kecap Bango, selain dari burung bangau-nya, yang lebih dikenal dengan slogan ‘Malika itu kedelai hitam dari Bango yang saya besarkan seperti anak sendiri’ yang bersliweran di televisi bahkan sosial media. Dari penggalan kalimat tersebut memilki arti bahwa kedelai malika telah melalui proses dan perawatan yang sangat lama. (mg1)