MAGELANG, MAGELANGEKSRES.ID – Tak ada peringatan, tak ada deteksi dini. Tiba-tiba saja Magelang seolah terjadi gerhana matahari total. Suasana gelap dan panas, menyelimuti siang itu sekitar pukul 13.00 WIB, Sabtu, 11 Maret 2023.
Aktivitas warga yang biasa saja awalnya, tiba-tiba dibuat panik. Langit Kota Magelang terutama dari sisi timur terlihat tak biasa. Warnanya kuning pekat, tidak seperti awan gelap sebagai penanda hujan akan segera tiba.
“Gelap banget, saya kira mau hujan, tapi hawanya sangat panas, dan tiba-tiba ada putih-putih di baju,” kata Lestari, salah seorang pengendara sepeda motor saat melintasi Jalan Tentara Pelajar, Kota Magelang, siang itu.
Celana hitamnya tiba-tiba putih, suasana yang tadinya sejuk mendadak jadi panas. Dia melihat langit siang kala itu tiba-tiba mendung dan sangat gelap.
“Bahkan lebih gelap kalau mendung tebal. Ternyata hujan abu. Baru sadar saat berhenti di bangjo (lampu merah) Alun-alun,” ungkapnya.
Beruntung ia masih mengenakan masker tebal. Masker itu bisa melindunginya dari bahanya hujan abu vulkanik.
“Sampai saat itu saya belum sadar kalau ternyata Merapi erupsi. Tahu-tahu semua kendaraan berubah jadi putih, jalan juga banyak debu bertebaran. Jarak pandang hanya sekitar 5 meter,” jelasnya.
Berdasarkan laporan Pos Pengamatan Gunung Merapi di Babadan, Kabupaten Magelang, usai muncul awan panas guguran, hujan abu vulkanik menyusul beberapa menit kemudian.
Arah abu vulkanik itu sebagian besar menuju barat laut atau wilayah Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. Sementara wilayah Magelang menjadi titik terparah dibanding daerah lainnya.
“Gugurannya menarah ke barat daya, ke kali Bebeng dan Kali Krasak. Tapi abu vulkaniknya menuju arah barat laut dan utara. Ini faktor angin,” ujar Petugas Pos Babadan Yulianto, dalam keterangan tertulis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP).
Ia menjelaskan, hampir semua desa di Kabupaten Magelang terdampak hujan abu vulkanik, walaupun tingkat ketebalannya berbeda-beda. Titik terparah terjadi di Desa Nagunsuko, Desa Paten, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
Kemudian, Desa Wonolelo dan Desa Krogowanan di Kabupaten Magelang juga dilaporkan mengalami hal serupa. Kelima desa itu dilaporkan titik terparah terkena abu vulkanik.
Selanjutnya, untuk wilayah Boyolali, titik terparah terhadi di Desa Klakah dan Desa Tlogogede, Kecamatan Selo.
Di objek wisata Ketep Pass, Kabupaten Magelang, hujan abu juga dilaporkan terjadi. Akan tetapi, Kepala Bagian Pemasaran dan Promosi Ketep Pass Edwar Alfian mengatakan, awan panas guguran Merapi justru disaksikan ribuan wisatawan.
“Sempat terjadi kepanikan pengunjung. Namun, ketika kemudian kami sampaikan Ketep Pass berada pada jarak aman, wisatawan justru antusias mengabadikan erupsi dalam foto dan video,” ujarnya.
Ia menuturkan, sekitar sejam setelah erupsi, abu vulkanik mulai turun. Namun, itu tidak berlangsung lama.
“Tidak lama, karena cuaca kembali cerah. Dari Ketep tampak asap sulfatara masih mengepul di puncak Merapi,” kata Edwar.
Menurut Edwar, hujan abu dalam intensitas sedang, turun di Ketep Pass sekitar pukul 13.00. Hujan abu tersebut dan berlangsung sekitar 15 menit. Sementara itu, di Kota Magelang, hujan abu turun mulai pukul 13.30.
Dikatakan, pada akhir pekan ini, wisatawan yang berkunjung ke Ketep cukup banyak. Pengunjung tidak menghindari hujan abu, karena justru mengabadikan momen itu melalui kamera ponsel mereka.

“Mereka malahan mendapatkan sensasi menyaksikan luncuran awan panas. Mereka menyaksikan dari menara Ketep Pass yang baru diresmikan Bupati Magelang Jumat, 10 Maret 2023, tapi sehari kemudian kena hujan abu,” kata Edwar.
Meski demikian, Edwar tetap meminta pengunjung untuk mengenakan masker sebagai perlindungan. “Kami bagikan gratis masker apabila ada pengunjung yang tidak membawanya,” ujarnya.
Hujan abu vulkanik, Sabtu, 11 Maret 2023 siang juga mencapai kawasan Lereng Gunung Sumbing. Beberapa tempat wisata di sana, juga mengalami anomali tersebut, meski relatif tipis.
“Yang tebal sampai Desa Kalegen Bandongan, Kabupaten Magelang. Setelahnya, atau ke atasnya, di daerah Kaliangkrik sudah mulai tipis, berkurang ketebalannya,” kata Totok, warga Mangli, Kecamatan Kaliangkrik.

Berbeda dengan daerah kawasan barat Merapi, di sisi timur, justru tidak ada hujan abu vulkanik. Di daerah Klaten misalnya, hanya kondisi cuaca yang relatif panas, dirasakan masyarakat setempat.
“Sini tidak ada hujan abu, hanya sangat panas saja. Berbeda seperti hari biasanya,” ucap Fatoni, warga Klaten, Jawa Tengah. (wid)