MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM – Guna menggerakkan ekonomi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Magelang, warga Tionghoa yang tinggal di kawasan Pecinan Kota Magelang menggelar Festival Mooncake. Gelaran itu merupakan tradisi masyarakat keturunan Tionghoa yang baru pertama kali digelar di Jalan Daha, Kota Magelang.
Di ruas jalan sepanjang sekitar 100 meter itu, didirikan 64 stand makanan terdiri dari aneka produk dari pengusaha keturunan Tionghoa maupun UMKM di Kota Magelang, seperti bakery, pizza, dimsum, dan lainnya.
Tokoh Tionghoa Kota Magelang, David Herman Jaya mengatakan Festival Mooncake atau Kue Bulan ini merupakan perayaan terbesar kedua bagi masyarakat Tionghoa setelah Tahun Baru Imlek. Tradisi ini diperingati pada pertengahan musim gugur.
Festival Kue Bulan disebut juga Tiong Chiu Pia, ‘Tiong’ adalah tengah, ‘ciu’ artinya adalah musim gugur, sedangkan ‘pia’ adalah kue dengan isian beraneka macam.
Terlepas dari kisah legenda, Festival Kue Bulan di pertengahan musim gugur telah dirayakan sekitar 3.000 tahun yang lalu pada malam bulan purnama, hari ke-15 bulan ke-8 kalender lunar. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai sarana mempererat tali persaudaraan.
“Di rumah, kue bulan tidak dinikmati seorang diri tetapi keluarga berkumpul, mengiris kue bulan menjadi dua bagian, enam dan delapan tergantung besarnya untuk dinikmati bersama sebagai sarana kebersamaan dalam suatu keluarga. Satu bulatan kue apapun dinikmati satu keluarga. Ada harapan kebersamaan yang hangat dan persaudaraan yang erat,” katanya.
Ia menjelaskan Festival Kue Bulan ini terlaksana atas kerja sama para pengusaha muda Tionghoa Kota Magelang. Tujuan utama festival ini adalah memberdayakan dan menggerakkan ekonomi sekaligus mengundang UMKM dan seniman Kota Magelang.
“Kiosnya penuh mudah-mudahan sukses, besok kalau bikin lagi bisa lebih besar lagi. Ini pertama kali di Kota Magelang, harapannya tiap tahun, harapannya jangan sehari, tapi bisa beberapa hari,” ujar David.
Sementara itu, Walikota Magelang, dr Muchammad Nur Aziz menyambut baik gelaran tradisi ini. Menurutnya, Kota Magelang adalah rumah bersama untuk menjalin toleransi bagi semua golongan, dari kaum Tionghoa dan suku-suku lainnya.
“Kita tahu sekarang ini masyarakat sedang prihatin, dengan adanya kenaikan BBM, maka warga harus kreatif. Kita harus bersyukur agar ditambah nikmatnya. Festival Kue Bulan ini bisa menggulirkan ekonomi dan UMKM berkembang,” katanya.
Selain festival aneka kuliner, kegiatan itu juga dimeriahkan atraksi barongsai, wushu, walking show, tari-tarian, dan lain sebagainya. (wid)
