MAGELANGEKSPRES.COM, MAGELANG – Lonjakan kasus Covid-19 masih belum menunjukkan tanda-tanda penurunan, meski pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Kota Magelang sudah berlangsung selama 16 hari hingga Minggu (18/7). Puskesmas sebagai garda depan penanganan pandemi, pun mulai kewalahan melakukan tugas, disebabkan banyaknya tenaga kesehatan (nakes) yang terpapar.
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma), Dr Heni Setyowati ER SKp MKes mengatakan, pemerintah mesti bergerak cepat untuk menguatkan puskesmas sebagai fasilitas kesehatan (faskes) masyarakat. Pasalnya, tak dipungkiri sekarang, puskesmas mengalami beban tinggi dalam penanggulangan pandemi antara lain prevensi, deteksi, dan respons.
”Tugas puskesmas makin berat di samping melaksanakan 3T, pemantauan kasus isolasi mandiri dan vaksinasi, juga ditambah menangani kasus yang berdatangan dalam keterbatasan. Termasuk mengelola rujukan ke rumah sakit, itu kan tidak mudah,” katanya.
Dia menilai, saat ini beban kerja yang dipikul puskesmas-puskesmas terlalu banyak. Di saat yang sama, puskesmas mengalami keterbatasan tenaga kesehatan, ruang, dan juga perlengkapan. Oleh karena itu, diperlukan respons Pemkot Magelang untuk kembali menguatkan puskesmas sebagai faskes nomor satu.
”Beban nakes di puskesmas sangat tinggi. Mereka masih dibebani dengan target vaksinasi Covid-19, pengawasan isoman, membuat rujukan pasien, tracing, testing, dan lainnya. Dengan jumlah nakes yang terbatas, saya khawatir mereka akan kelelahan,” tuturnya.
Heni merekomendasikan, pemerintah untuk segera melakukan pemberdayaan para kader kesehatan yang ada di kampung-kampung untuk turut membantu pengawasan masyarakat isoman. Termasuk juga menggandeng perguruan tinggi, untuk bergabung sebagai relawan kesehatan. Dengan begitu, petugas kesehatan puskesmas, bisa fokus menangani di lingkungan puskesmas itu sendiri.
”Jadi bukan hanya dibebankan pada puskesmas, tapi kita juga perlu melihat di sana ada satgas wilayah, komunitas, klinik swasta, akademisi, perguruan tinggi, dan lain-lain yang bisa bekerja sama,” jelasnya.
Beberapa yang bisa dilakukan adalah rekrutmen SDM/relawan medis dan nonmedis terkait, alokasi anggaran Bantuan Tidak Terduga (BTT) yang sistemnya dipermudah, dropping obat dan bahan habis pakai termasuk APD, serta kebutuhan pengembangan ruang perawatan darurat Covid-19 yang mendesak.
”Kuncinya adalah melibatkan semua pihak. Jangan sampai seolah-olah puskesmas hanya berjuang sendirian,” tuturnya.
Sementara itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Magelang, dr Intan Suryahati mengakui bahwa di sejumlah puskesmas mulai mengalami krisis. Itu disebabkan banyaknya nakes yang isoman sehingga mereka harus bergantian dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.
”Walaupun tidak banyak, hanya sekitar 10-15 persen saja yang isoman. Namun, tugasnya puskesmas cukup berat memang, karena harus melakukan 3T (tracing, testing, dan treatment),” ujarnya.
Walau demikian, Intan menyebut bahwa penanganan dan pelayanan di puskesmas sejauh ini masih berjalan lancar. Tidak hanya menangani Covid-19, puskesmas juga dirasa masih aman menangani masalah kesehatan non-Covid-19 di Kota Magelang.
”Nakesnya bergantian. Yang isoman digantikan. Pelayanan tetap berjalan lancar sejauh ini,” terangnya.
Intan menambahkan saat ini pihaknya telah menutup Hotel Safira sebagai tempat isolasi terpusat. Seluruh pasien isoman di hotel itu sudah dialihkan di asrama Poltekkes.
”Safira sudah ditutup, dialihkan ke Poltekkes karena di sana menambah tempat tidur (TT). Ini memudahkan pengamanan dan penanganan mereka yang isolasi karena jaraknya tidak terlalu jauh dengan puskesmas dan fasilitas kesehatan terdekat,” pungkasnya. (wid)