MAKASSAR, MAGELANGEKSPRES.ID – Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP PDIP) belum juga mendeklarasikan calon presiden dan calon wakil presiden 2024.
Teka-teki siapa sosok yang akan dipilih Ketum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri masih misterius.
Direktur Lembaga Kajian Isu-isu Strategis (LKIS) Syaifuddin menuturkan jika melihat kondisi saat ini maka PDIP menggunakan jurus mengintip. Hal ini tentu kata dia, menunggu waktu tepat diumumkan jagoan PDIP.
“Politik tahan nafas, dan saling intip. Apagi capres partai lainya juga belum umumkan Cawapres,” ujarnya, saat dikonfirmasi via telephone, Selasa (10/1/2023).
Penulis karya bukum tentang Demokrasi ini menuturkan, HUT 50 tahun PDIP 2023 adalah momentum bagi Megawati untuk mengumumkan Capres dan Cawapres dari partai moncong putih tersebut. Dan juga momentum bagi publik untuk memastikan siapa capres yang akan diusung.
Namun kenyataannya ketua umum PDIP belum mengumumkannya. Mungkinkah hal ini terkait bahwa Megawati turun gunung untuk memecah kebuntuan usungan partainya antara Ganjar atau Puan.
“Sehingga tak elok bagi Mega mengumumkan dirinya sebagai Capres dari PDIP. Atau boleh jadi megawati sementara ini mengintip siapa kira-kira calon yang bisa merepresentasikan perjuangan PDIP atau yg memungkinkanenang di Pilpres 2024 mendatang,” jelasnya.
Mantan aktivis HMI tahun 98 itu mengatakan, sebab secara psikologis Megawati cukup dilematis memilih antara garis ideologis tentu ke Ganjar yang memiliki tingkat keterpilihan yang tinggi, di satu sisi ikatan biologis ke Puan yang memiliki tingkat keterpilihan rendah di banding Ganjar.
“Sehingga Megawati tidak gegabah dalam soal memutuskan siapa yang pantas dan tidak pantas dari usungan PDIP,” tukasnya.
Pengamat Politik Direktur Profetik Institute, Muh Asratillah menilai ada beberapa kemungkinan penyebab mengapa PDIP belum menentukan calon presidennya hingga detik ini.
Kemungkinan pertama, sampai saat ini Ganjar Pranowo yang memiliki elektabilitas tinggi dan didukung oleh sebagian konstituen PDIP di tingkat akar rumput belum kunjung direstui oleh Megawati sebagai capres usungan PDIP, dengan beberapa alasan tertentu.
“Sedangkan di sisi lain Puan Maharani yang merupakan penerus trah Soekarno, sampai saat ini masih memiliki elektabilitas rendah sebagai calon presiden,” katanya.
Lanjut dia, hal ini tentunya membuat PDI-P berada dalam situasi dilematis, jika dukungan diberikan kepada Ganjar maka agak sulit bagi Puan untuk masuk dalam kontestasi pilpres, dan ini akan memperkecil peran trah Soekarno di internal PDIP di masa mendatang.
“Namun jika Puan Maharani dipaksakan maju, maka akan sulit untuk memenangkan pilpres,” jelasnya.
Kemungkinan kedua, adanya situasi dinamis di internal PDIP sendiri, serta situasi dinamis antara PDIP dengan Jokowi.
Mungkin saja kata dia, Mega tidak ingin tergesa-gesa mengumumkan capres, karena masih menunggu perkembangan lebih lanjut kedua dinamika tersebut.
“Kemungkinan ketiga, PDIP masih wait and see terhadap dinamika parpol-parpol lain, serta manuver para King-Maker. Karena pileg dan pilpres akan terlebih dahulu dilaksanakan dibanding pilkada,” tuturnya.
Dia menambahkan, bahkan parpol-parpol besar mempersyaratkan figur-figur bacalon kepala daerah yang ingin mendapatkan rekomendasi parpol, untuk maju di pileg terlebih dahulu.
“Hal ini tentunya mempertegas keberpihakan bacalon kepala daerah kepada parpol tertentu, dan itu berarti memperjelas posisinya akan mendukung capres yang mana,” demikian pandangan Asratilla.
Terpisah, Manager strategi dan operasional lembaga survei Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandi Sam mengatakan ada kepentingan tertentu masih perlu diselesaikan antara tingkat elit.
“Saya melihatnya ada dua hal yang menyebabkan PDIP belum mengumumkan capresnya,” katanya.
Pertama, penentuan capres diinternal PDIP masih alot.
Keputusan apakah tiket diberikan ke Puan atau Ganjar, sepertinya PDIP akan melihat dinamika politik yang berkembang di beberapa bulan ke depan.
“Kedua, soal momentum politik. PDIP tidak ingin gegabah dan terburu-buru mengumumkan capres. PDIP kelihatannya sedang mempertimbangkan waktu yang paling tepat,” jelasnya.
Menanggapi hal ini, pengamat politik Unismuh Makassar, Andi Luhur Prianto menyebutkan bahwa di luar soal rivalitas internal dan problem elektabilitas.
Lanjut dia, setiap partai punya cara melakukan pemasaran politiknya. Apalagi PDIP sebagai partai penguasa, tentu mereka ingin terus ‘lead the game’.
“Bukan mengikuti ritme partai politik lain. PDIP menunjukkan diri bahwa partai ini tidak menari pada gendang yang tabuh partai lain,” katanya.
Lebih jauh wakil Dekan I Fisipol Unismuh Makassar itu menuturkan, partai lain pun akan sulit mengambil sikap, sepanjang PDIP belum mengambil sikap soal capres yang diusung.
Apalagi PDIP dikenal dengan model kepemimpinan berbasis komando, tegak lurus. PDIP pun sepertinya ingin mengatur ritme dan pergerakan kader, termasuk mencegah gerakan-gerakan tambahan.
Menurutnya akan bahaya juga kalau PDIP melepas kader membangun dukungan yang belum diputuskan partai.
Kepala-kepala daerah kader PDIP dan massa pendukung bisa terfragmentasi.
“Soal rivalitas Puan dan Ganjar, PDIP masih punya waktu menentukan pilihan. Di Pilpres 2014, PDIP berani mengusung Jokowi, bukan di Ketua umum Megawati. Apalagi polihan yang terbukti mengembalikan partai banteng ke kursi kekuasaan,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memastikan tidak akan mengumumkan bakal calon presiden yang akan diusung PDIP dalam perhelatan pemilihan presiden 2024-2029.
Kepastian itu disampaikan Megawati saat memberikan pidato politik dalam peringatan HUT ke-50 PDIP di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023).
Mulanya, Megawati menceritakan informasi yang disampaikan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto perihal jumlah wartawan yang hendak meliput acara ini. Megawati mengaku heran lantaran HUT ke-50 PDIP ini sebatas seremonial semata. (fin)