MAGELANGEKSPRES.ID – Bau mulut yang kurang enak seringkali meresahkan umat Islam yang mengerjakan puasa Ramadan. Bahkan sebagian muslim kurang percaya diri karena bau mulut saat berpuasa.
Bau mulut kurang enak dari seseorang yang berpuasa Ramadan tak bisa dihindari meskipun sudah dilakukan berbagai upaya. Maka seseorang memerlukan ilmu yang cukup sehingga tak merasa was-was dengan bau mulut karena berpuasa.
Bau mulut karena berpuasa Ramadan itu hanya di dunia. Hanya dirasakan di kalangan manusia selama hidup dunia. Di akhirat nanti, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah Ta’ala daripada bau minyak misk (kasturi). Ini merupakan balasan dari Allah Ta’ala bagi orang-orang yang melakukan ketaatan.
Dalilnya,
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak misk (kasturi).” (HR. Bukhari, no. 1894 dan Muslim, no. 1151).
Dua Alasan Bau Mulut Orang yang Berpuasa Bisa Dibalas dengan Bau Minyak Kasturi (Misk) :
1.Amalan puasa itu adalah rahasia antara hamba dengan Allah. Karena itu rahasia yang ia sembunyikan, maka Allah pun membalasnya dengan menampakkan bau harum di antara manusia di hari kiamat.
2.Bekas ketaatan yang berakibat tidak enak bagi jiwa di dunia akan dibalas dengan sesuatu yang menyenangkan pada hari kiamat. Artinya, bau mulut yang tidak enak akan dibalas dengan bau yang wangi karena bau mulut itu muncul dari amalan ketaatan pada Allah di dunia. (Lihat Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 286-288)
Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
كُلُّ شَيْءٍ فِي عُرْفِ النَّاسِ فِي الدُّنْيَا إِذَا انْتَسَبَ إِلَى طَاعَتِهِ وَرِضَاهُ فَهُوَ الكَامِلُ فِي الحَقِيْقَةُ
“Segala sesuatu yang dianggap kurang di dunia menurut pandangan manusia namun jika itu didapati karena melakukan ketaatan pada Allah dan mencari ridha-Nya, maka hakekatnya kekurangan tersebut adalah kesempurnaan (di sisi Allah).” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 288)
Bau mulut yang harum di hari kiamat timbul dari ketaatan yang dilakukan di dunia. Bau mulut harum tersebut membuat orang lain makin mencintainya di akhirat kelak. Itulah yang disebutkan dalam Alquran,
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. ” (QS. Maryam: 96)
Lalu, bagaimana hukum menyikat gigi saat puasa apakah membatalkan puasa?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Lebih utama adalah orang yang berpuasa tidak menyikat gigi (dengan pasta). Waktu untuk menyikat gigi sebenarnya masih lapang. Jika seseorang mengakhirkan untuk menyikat gigi hingga waktu berbuka, maka dia berarti telah menjaga diri dari perkara yang dapat merusak puasanya.” (Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibnu ‘Utsaimin, 17:261-262).
Semoga bau mulut kurang enak yang timbul karena ketaatan pada Allah Ta’ala akan berbuah manis di akhirat kelak. Sehingga kita tetap bersemangat dalam mengerjakan puasa Ramadan yang semakin dekat.(*)
Sumber : rumaysho.com