PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.COM – Tak banyak yang tahu kalau di wilayah perbukitan di timur Kabupaten Purworejo terdapat kadungan logam mulia. Walaupun ada yang tidak percaya namun sejumlah penambang telah menikmati hasilnya. Dari hasil penambangan batu ternyata di dalamnya memiliki kandungan 45 persen hingga 65 persen. Mereka menjual emas mentah ke Purworejo kota dengan harga Rp400-600 ribu per gram. Namun lokasi tambang yang berada di Desa Soko Agung, Kecamatan Bagelen, Purworejo sekarang sudah ditutup oleh pemerintah setempat karena tidak memiliki izin.
Simak kisah penambangan emas manual di perbukitan Purworejo! Tambang tersebut milik Hadis Setia (73), warga Soko Agung. Pria asal Banjar Patroman, Jawa Barat itu membuka tambang di tanahnya sendiri, di bukit Prokuning, Dusun Kedungrejo, Desa Sokoagung. Lokasi tambang berada cukup dekat dari kediaman Hadis. Hanya butuh sekitar 15 menit berjalan kaki dengan medan bebatuan yang sedikit menanjak.
Hadis saat ditemui di lokasi tambang miliknya mengaku sudah menekuni dunia pertambangan emas tradisional sejak tahun 1970, atau 53 tahun yang lalu. Awalnya ia bekerja kepada orang hingga akhirnya memilih untuk membuka lokasi tambang sendiri. “Saya nambang dulunya diajak orang dari tahun 1970, jadi tidak bisa kerja lain lagi kecuali di tambang. Ahlinya di situ tidak bisa kerja yang lain lagi. Dulu belajar di Cineam, daerah Tasikmalaya, Jawa Barat, manual juga,” kisahnya.
Hadis pertama membuka lokasi tambang di wilayah Desa Hargorojo. Kemudian pada tahun 2014 pindah dan mulai menambang di Desa Soko Agung.
“Pertama masuk di Hargorojo (Kecamatan Bagelen) kebetulan saya punya istri orang sini (Soko Agung), ya sampai sekarang (menambang) disini (Soko Agung), sampai punya keturunan 3,” jelas Hadis.
Hadis mengaku tahu bahwa ada kandungan emas di Bagelen karena membaca peta. Selain Soko Agung, menurut Hadis masih banyak lokasi lain di Purworejo yang terdapat kandungan emas.
“Ada di peta, saya ngikuti itu, kebetulan survei ke daerah Somongari (Kecamatan Kaligesing), pertama masuk, nyari-nyari ketemunya di Hargorojo itu, di Kecamatan Bagelen. Di peta Indonesia itu kan ada titik-titik tambang. Kaligesing Somongari juga ada (kandungan emas), terus Durenombo juga ada, Durensari juga ada, Gunung Ijo juga ada,” terangnya.
Awal mula Hadis membuka tambang hanya seorang diri. Namun, seiring berjalannya waktu banyak orang yang akhirnya ingin ikut menambang di lokasi milik Hadis. “Ini awal mula saya buka (lubang) sendiri, tapi berhubung ada teman-teman yang mau ikut kerja ya tetap saya terima, sampai terakhir itu ada orang 9,” ucapnya.
Menurut Hadis, batu hasil tambang harus diolah terlebih dahulu sebelum menjadi emas mentah. Batu harus dimasukkan ke sebuah mesin untuk mendapatkan kandungan emas. Emas yang didapatnya biasanya memiliki kandungan 45 persen hingga 65 persen. Dia menjual emas mentah ke Purworejo kota dengan harga Rp400-600 ribu per gram.
“Jadi batuan, dimasukkan (mesin) gelondongan itu, baru diputer, nanti setelah jadi air ada bahan penangkapnya, di dalam gelondong itu, nanti diperas ada hasilnya apa tidak, setelah itu kalau ada hasilnya dibakar, dapatnya berapa baru diuangkan. Dijual ke Purworejo (kota),” jelasnya.(*)