MAGELANGEKSPRES.COM, MAGELANG – Perusahaan Daerah Objek Wisata (PDOW) Taman Kyai Langgeng mencatat kerugian hingga Rp1,8 miliar di kuartal pertama tahun 2021. Kerugian itu dipicu penurunan drastis kunjungan wisata selama pandemi Covid-19.
Direktur Utama PDOW Taman Kyai Langgeng, Arif Taat Ujiyanto mengatakan perusahaan plat merah tersebut ditutup sementara selama PPKM darurat 3-20 Juli dan PPKM Level 4 yang masih berlaku di Kota Magelang. Hal itu membuat Taman Kyai Langgeng tak memiliki pendapatan sama sekali.
”Mengalami kerugian itu pasti, tapi karena ini perusahaan daerah, maka mau tidak mau, kita harus mencari cara, agar bisa mengatasi atau minimal mengurangi beban keuangan, tanpa harus memberhentikan para karyawannya,” kata Taat, kepada wartawan, Kamis (22/7).
Selama Taman Kyai Langgeng ditutup, seluruh karyawan hanya bisa bekerja dari rumah. Sedangkan untuk perawatan kebersihan dan kelaikan wahana, pihaknya membuat kebijakan piket tiap hari para karyawan maksimal berjumlah 6 orang.
”Jadi memang ada penurunan gaji kepada mereka (karyawan) karena libur. Sementara untuk perawatannya kita jadwalkan setiap hari ada 6 karyawan, membersihkan dan merawat wahana-wahana yang ada di TKL, agar tidak rusak,” jelasnya.
Selain beban karyawan, TKL juga punya tanggung jawab merawat segala apa yang ada di kompleks taman wisata tersebut. Seperti hewan peliharaan, perawatan berkala wahana permainan, perawatan taman, dan sebagainya.
Menurut Taat, meskipun kondisi finansial TKL sangat tertekan, namun pihaknya tak bisa dengan mudah meminta dana bantuan dari Pemkot Magelang. Sebab, TKL merupakan badan usaha milik daerah (BUMD) yang tanggung jawabnya sepenuhnya diemban oleh perusahaan tersebut.
”Kita perusahaan daerah, bukan UPT sehingga tidak bisa tiba-tiba minta bantuan dari Pemkot Magelang. Sebisa mungkin kita upayakan agar bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19,” ucapnya.
Taat menjelaskan, sebenarnya ada beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk mengurangi potensi kerugian TKL. Salah satunya, dengan mendirikan glamour camping (glamping) bagi pasien isolasi mandiri.
”Ini baru wacana, tapi strategi itu kita upayakan supaya bisa tercapai. Karena secara tidak langsung, ini akan memberikan sedikit pendapatan di TKL,” tuturnya.
Dia tak menampik, penutupan total TKL ini berdampak terhadap kemampuan ekonomi para karyawannya. Saat ini, TKL memiliki 115 karyawan.
Pihaknya membuat program presale tiket masuk TKL kepada semua karyawannya. Tiket tersebut bebas dijual karyawan TKL dengan harga Rp15.000 per tiket.
”Tapi baru bisa difungsikan kalau PPKM darurat dan PPKM level 4 berakhir. Kalau TKL sudah mulai ada kelonggaran, buka dengan protokol kesehatan ketat misalnya, baru pengunjung bisa memanfaatkan untuk datang ke TKL dengan harga yang relatif murah Rp15.000 dari harga normal sebesar Rp30.000,” terangnya.
Program tersebut juga untuk membantu para karyawan yang terdampak penutupan objek wisata selama PPKM darurat dan PPKM level 4. Sebab, dengan menjual satu tiket, maka keuntungan bisa didapat karyawan tersebut.
”Setiap karyawan kita bagikan tiket presale sebanyak 600 tiket. Agustus nanti kami akan evaluasi. Berapapun sisanya, akan kami tarik kembali,” pungkasnya. (wid)