TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.ID – Nyadran atau Sadranan merupakan sebuah tradisi yang masih dipertahankan dan telah dijalankan secara turun-temurun oleh masyarakat di Kabupaten Temanggung.
Bagi masyarakat, nyadran merupakan wujud rasa syukur atas karunia yang Maha Esa, yang biasa dilaksanakan menjelang datangnya bulan suci Ramadan.
Tak terkecuali oleh warga Desa Kembangsari, Kecamatan Kandangan yang menggelar tradisi sadranan di Lapangan Desa Kembangsari pada Jumat, 3 Maret 2023.
Pada kegiatan nyadran itu, warga masyarakat dari 7 dusun di Desa Kembangsari berjalan berombongan dan berkumpul bersama di lapangan desa setempat. Mereka membawa satu tenong atau bakul bundar dari anyaman bambu yang berisikan nasi beserta lauk pauknya yang beragam.
Makanan yang telah dibawa itu kemudian dikeluarkan untuk dimakan bersama-sama dengan diawali doa yang dipimpin oleh pemuka agama.
Kepala Desa Kembangsari, Mujiyanto mengatakan nyadran merupakan tradisi tahunan yang dilakukan setiap Jumat pon di bulan Rajab ataupun Ruwah menurut penanggalan Jawa.
“Nyadran ini bentuk syukur dari seluruh warga masyarakat Desa Kembangsari yang mana dalam rangka kita menyambut datangnya bulan Ramadan agar lebih mempererat dan meningkatkan taqwa,” ujarnya.
Selain itu, Mujiyanto menjelaskan bahwa selain sebagai bentuk rasa syukur, kegiatan nyadran ini juga berkaitan dengan haul atau peringatan untuk mengenang jasa para leluhur.
“Berkaitan dengan religi, bisa dibilang turun-temurun dari para sesepuh berkaitan dengan haul atau peringatan untuk mengenang jasa para leluhur terutama Kiai Ibrahim, cikal bakal Desa Kembangsari,” lanjutnya.
Ia menambahkan, nyadran 1.000 tumpeng tersebut juga sebagai cerminan bahwa masyarakat Desa Kembangsari guyub rukun dan memiliki nilai kebersamaan yang tinggi.
“Serentak oleh seluruh warga masyarakat Desa Kembangsari yang terdiri dari 1000 rumah, jadi ada 1000 tenong. Kebetulan tahun ini juga dalam rangka kita menghadapi panen kopi. Untuk itu kita memberikan panjatan doa,” imbuhnya.
Dengan hal itu, Mujiyanto berharap kegiatan nyadran desa dapat terus berlanjut dan dilestarikan oleh para generasi muda untuk mengenang jasa para leluhur yang telah tiada.
“Semoga kedepannya di kemudian hari, generasi penerus lebih bisa meningkatkan acara semacam ini, karena bukan hanya soal kemeriahan tetapi juga untuk mengenang para leluhur yang sudah mendahului kita,” pungkasnya. (mg3)