TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.COM – Dua tahun sudah pandemi Covid-19 melanda. Selama dua tahun juga prosesi Perayaan Hari Jadi Temanggung dilakukan secara terbatas dan sederhana.
Tidak ada hingar bingar dan keramaian, apalagi panggung rakyat yang menampilkan kesenian. Pada Perayaan Hari Jadi Temanggung ke-187 ini masyarakat hanya bisa mengikuti perayaan melalui live streaming dan Youtube.
Namun demikian, pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih belum berakhir, tidak membuat dan merubah makna dari tradisi yang sangat disakralkan yakni adat ‘Boyong Menoreh’,
Boyong Menoreh yang dilakukan pada Senin (8/11) malam, menggambarkan kejadian atau sejarah perpindahan ibu kota atau pusat pemerintahan dari kota Parakan ke kota Temanggung saat ini.
Diceritakan, dahulu wilayah di lereng Gunung Sumbing-Sindoro-Prahu ini bernama Kabupaten Menoreh, lalu pasca perang Diponegoro terjadi suksesi pemerintahan, sehingga Bupati Baru Raden Ngabehi Aria Djojonegoro lewat resolusi Pemerintah Hindia Belanda Nomor 4 Tanggal 10 November 1834, memindahkan ibu kota yang kemudian diberi nama Kabupaten Temanggung.
Hadir dalam upacara Boyong Menoreh, Bupati HM Al Khadziq, Wakil Bupati Heri Ibnu Wibowo, Ketua DPRD Yunianto, Kajari I Wayan Eka Miartha, Kapolres AKBP Burhanuddin dan Dandim Letkol CZi Kurniawan Hartanto hadir. Selain itu sejumlah tokoh Parakan hadir, antara lain tokoh Tionghwa Suhandoko (Tan Suie An), KH Yakub Mubarok, KH Haidar Muhaiminan, para kades dan muspika. Tata upacara yang menggunakan bahasa Jawa berlangsung hikmat dan penuh makna.
Bupati mengatakan, upacara adat ‘Boyong Menoreh’ merupakan rekonstruksi dari perpindahan ibu kota Kabupaten Temanggung yang dulu ada di Parakan, kemudian berpindah ke Temanggung. Penggalan sejarah tlatah Menoreh ini merupakan bagian dari dinamika Pemerintahan Kabupaten Temanggung dari masa lalu.
“Tadi para tokoh Parakan menyerahkan songsong atau payung kebesaran dan pataka kepada bupati, wakil bupati, ketua DPRD, sebagai simbol harapan dari perpindahan agar Pemerintah Kabupaten Temanggung lebih mengayomi masyarakatnya. Saya ucapkan terimakasih kepada seluruh masyarakat Parakan yang dengan suka cita merayakan ‘Boyong Menoreh’ ini, perpindahan ibu kota dari Parakan menuju Kota Temanggung,” kata Bupati.
Pada upacara tersebut, dimulai dengan penyambutan kedatangan Forkopimda dari depan halaman Kantor Kawedanan Parakan dengan adat Jawa. Semua yang hadir mengenakan beskap. Selanjutnya dibacakan sejarah perpindahan ibu kota Kabupaten Menoreh yang berubah nama menjadi Kabupaten Temanggung dalam bahasa Jawa.
Selanjutnya, diserahterimakan Songsong Joyonegoro dari KH Yakub Mubarok kepada Bupati HM Al Khadziq dan dari KH Muhammad Dziaul Lami, kepada Ketua DPRD Yunianto. Kemudian penyerahan Pataka Temanggung dari KH Mustahal Nashuha, kepada Bupati HM Al Khadziq dan Wakil Bupati Heri Ibnu Wibowo.
Sementara itu sejumlah pertunjukan seni budaya dalam rangkaian Hari Ulang Tahun ke-187 Kabupaten Temanggung, dilakukan secara virtual untuk mengantisipasi terjadi kerumunan penonton.
“Meskipun PPKM di Temanggung masuk level II, kami tidak ingin mengambil risiko terjadi kerumunan massa, maka sejumlah pertunjukan seni budaya dilakukan secara virtual,” katanya.
Ia mengatakan untuk kehati-hatian karena ini acara pemerintah maka beberapa kegiatan dilakukan secara virtual. Meskipun di lokasi acara ada penonton tetapi hanya tamu undangan khusus dengan protokol kesehatan ketat, sedangkan masyarakat bisa menonton secara virtual.
Sejumlah pertunjukan seni budaya tersebut bakal digelar di Tuk Budoyo lereng Gunung Sumbing, kemudian di Embung Bansari lereng Gunung Sindoro, dan pergelaran budaya di TPA Sanggrahan.
Terkait tema HUT tahun ini adalah “Kita kuat semakin hebat”, artinya bahwa kalau masyarakat kuat menghadapi situasi pandemi yang serba sulit, maka akan tumbuh sebagai kabupaten yang semakin hebat di masa yang akan datang.
Selain pertunjukan seni, dalam rangkaian HUT Temanggung juga dilakukan upacara penggantian songsong, doa bersama, dan musyawarah kebudayaan.
Ketua Panitia HUT ke-187 Kabupaten Temanggung Djoko Prasetyono menyampaikan rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Temanggung sudah dimulai sejak Jumat (5/11) dengan gerakan bersih kota dan deklarasi pasar bebas sampah.
Pada acara puncak HUT Temanggung akan diisi dengan pergelaran sendratari virtual “Nirmala: ngruwat ama, ngrawat budaya” di Graha Bhumi Phala Temanggung dan pengumuman pemenang Masjchun Sofwan Award 2021. (set)