WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES.COM – Fenomena embun upas menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan di kawasan dataran tinggi Dieng. Sebab, kawasan Dieng yang suhunya mencapai minus 12 derajat celcius seolah berselimutkan salju.
Lalu mengapa disebut embun upas?
Dilansir dari laman BMKG, embun merupakan air yang dihasilkan dari suhu udara yang sejuk hingga membuatnya beku menyerupai salju. Sedangkan nama upas sendiri merupakan pohon yang getahnya dikenal beracun.
Kata upas disematkan pada embun yang biasa muncul di awal pagi di kawasan Dieng terutama di Wonosobo tersebut. Nyatanya, embun upas dapat mengancam kelangsungan hidup tanaman kentang meski visualnya tampak begitu cantik.
Menurut Alif, warga setempat, kondisi tersebut mengakibatkan tanaman kentang di Dieng banyak yang mati setelah terkena embun upas yang cukup tebal. “Itu sebetulnya karena tumbuhannya mati setelah udara begitu dingin dan embunnya membeku, sehingga ketika terkena matahari tanaman tersebut menjadi menghitam seperti terkena racun,” jelas Alif.
Padahal, embun tersebut tidak mengandung upas atau racun. Namun, karena masyarakat melihat tanaman menghitam seperti terkena racun, sehingga fenomena itu disebut dengan embun upas.
Kemunculan embun upas biasanya akan sering terjadi dan makin tebal saat puncak musim kemarau, terutama ketika suhu udara terasa sangat dingin.
Menurut Alif, suhu udara di Dieng pernah terasa sangat dingin dan saat itu dikabarkan mencapai minus 12 derajat celcius berdasarkan pengukuran di bawah atau dekat dengan embun yang membeku.”Kalau enggak salah tahun 2019,” katanya. (*)