JAKARTA, MAGELANGEKSPRES.COM – Indonesia dinilai sulit mencapai herd immunity alias kekebalan berkelompok. Penyebabnya, COVID-19 telah bermutasi ke varian Delta. Varian asal India ini memiliki angka reproduksi penularan antara 5,0 sampai 8,0 kali. Sementara tingkat efikasi vaksin rata-rata hanya 60 persen.
“Strategi sekarang tidak bicara herd immunity lagi. Tetapi mengendalikan pandemi ini,” tegas Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan di Jakarta, Selasa (24/8).
Ada tiga langkah untuk menurunkan angka reproduksi virus atau penularan COVID-19. Yaitu mengurangi proporsi populasi yang rentan terhadap infeksi melalui penerapan 3M dan 3T. Kemudian, mengurangi durasi kontak. Satu lagi meningkatkan proporsi populasi yang kebal atau imun melalui vaksinasi.
Luhut menjelaskan angka reproduksi virus kini berada di level 1,2 hingga 1,5 melalui penerapan 3M dan 3T. Wabah akan terkendali apabila level reproduksinya berada di bawah angka satu. “Namun dengan catatan coverage vaksinasi tinggi ditambah dengan penerapan 3M dan 3T yang juga tinggi di masyarakat,” paparnya.
Pemerintah, lanjutnya, memakai aplikasi Peduli Lindungi untuk memaksimalkan upaya testing, tracing, dan treatment (3T) dalam mengurangi penularan COVID-19. Terutama di tempat-tempat publik dan keramaian. Seperti pusat perbelanjaan, mal, hingga kawasan pabrik dan industri.
“Anda punya handphone akan menceritakan kalau ada yang tertular atau ketemu siapa saja di sekitar Anda. Karena dari handphone ke handphone akan terhubung,” kata Luhut.
Dia menyebut, pada Maret 2020 angka reproduksi COVID-19 di Indonesia mencapai 2,5. Kemudian menurun menjadi 1,1 pada Maret 2021 melalui penerapan kebijakan PSBB dan PPKM.
Namun Juli 2021 angka reproduksi virus kembali naik ke angka 1,5. Ini terjadi karena peningkatan mobilitas masyarakat yang tidak diikuti penerapan 3M dan 3T.
“Ditargetkan Oktober nanti bisa lebih terkendali apabila menerapkan aplikasi Peduli Lindungi. Vaksinasi jalan, testing dan tracing jalan. Selain itu, protokol kesehatan juga harus ketat,” pungkas Luhut.
Di sisi lain, Indonesia sedang bersiap untuk hidup bersama pandemi COVID-19. Hal paling penting yanag wajib dilakukan adalah penerapan protokol kesehatan (prokes) secara ketat.
“Untuk hidup bersama pandemi, ada beberapa arahan dari presiden. Pertama agar kita bisa menyeimbangkan antara hidup yang sehat dan hidup yang bermanfaat secara ekonomi. Dari semua itu, yang terpenting adalah protokol kesehatannya harus diimplementasikan secara disiplin dan ketat,” ujar Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin di melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin (23/8).
Dia menyebut aturan soal prokes telah dibuka bertahap di masing-masing kota. Kemenkes sudah bekerja sama dengan sejumlah asosiasi dan perkumpulan untuk menyusun penerapan prokes berbasis teknologi informasi.
Salah satunya PeduliLindungi. Aplikasi ini akan dipakai secara nasional untuk menjaga implementasi protokol kesehatan berbasis teknologi informasi.
“Jadi protokol kesehatan akan terus dilakukan di berbagai sektor. Seperti perdagangan. Baik modern atau tradisional. Kemudian di sektor transportasi darat, laut, dan udara. Begitu juga dengan protokol kesehatan di sektor kerja. Termasuk industri dan maupun perkantoran,” papar Budi.
Prokes, lanjutnya, juga akan diatur untuk sektor pariwisata. Seperti pertandingan sepakbola, konser musik, hingga kuliner. Selain itu prokes di bidang pendidikan dasar hingga tinggi juga akan diatur. “Protokol kesehatan di acara atau hari keagamaan. Baik itu tiap minggu atau hari raya besar,” tuturnya.
Menurut Bujdi, aplikasi PeduliLindungi akan berperan besar dalam implementasi prokes. “Nanti akan disusun protokol kesehatannya. Semua berbasis teknologi informasi yang berpusat pada aplikasi PeduliLindungi. Sehingga kita bisa membangun hidup bersama epidemi. Yakni menyeimbangkan kesehatan dengan aktivitas ekonomi,” terangnya.
Yang kedua adalah pengetesan (testing) dan pelacakan (tracing). Kedua hal itu tidak sekadar dilakukan secara massal. “Testing yang dilakukan ke suspek dan kontak erat yang memang bergejala. Bukan semua orang dites karena ingin melakukan aktivitas tertentu,” urai Budi.
Untuk ialah strategi perawatan juga akan diatur. Sehingga bisa menekan angka kematian dan mempercepat penyembuhan. “Secara spesifik nantinya harus ada untuk perawatan primer. Isolasi-isolasi dengan pengobatan-pengobatan dasar,” tukasnya.
Strategi perawatan yang benar, adalah rumah sakit (RS) hanya diisi kasus-kasus kritis dan berat. Selain itu, nantinya bagi pasien gejala ringan akan ditangani puskesmas maupun klinik. “Ke depannya kita tak hanya bicara strategi penanganan COVID-19. Tetapi strategi untuk hidup bersama epidemi,” tutupnya. (rh/fin)