Oleh: Nur Sri Widarti, S.Pd.SD.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim pada 2019 lalu mencanangkan konsep Merdeka Belajar. Intisari dari gagasan Merdeka Belajar dalam proses pembelajaran adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, baik bagi guru terlebih para siswa. Obyek Merdeka Belajar sebenarnya bukan hanya guru dan siswa melainkan semua steakholder pendidikan. Namun guru adalah sebagai ujung tombak yang harus merancang kemerdekaan belajar sebelum mereka mengajarkan kepada siswa-siswi.
Implementasi Merdeka Belajar pada akhirnya akan mengutamakan pembelajaran outing class/outdoor study sebagai strategi pembelajarannya. Bahwa belajar tidak harus di dalam kelas dan saling berhadapan antara guru dan siswa. Suasana pembelajaran lebih nyaman, tidak membosankan dan membuat siswa bebas berpikir mengembangkan imajinasinya. Dengan diberikan kemerdekaan belajar di luar kelas akan terbentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, bertanggung jawab, jujur dan disiplin. Para siswa benar-benar bisa memasuki dunianya dengan tanpa tekanan. Belajar yang menyenangkan akan mempermudah masuknya informasi bagi siswa.
Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung dalam tujuan pendidikan nasional (Hamalik, 2013).
Salah satu kurikulum yang sedang diupayakan adalah dengan sistem merdeka belajar. Merdeka belajar dimaknai sebagai rancangan belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar dengan santai, tenang, tidak merasa tertekan, gembira tanpa stress dan memperhatikan bakat alami yang dimiliki para siswa. Fokus dari merdeka belajar adalah kebebasan dalam berpikir secara kreatif dan mandiri. Guru sebagai subjek utama yang berperan diharapkan mampu menjadi penggerak untuk mengambil tindakan yang memberikan hal-hal positif kepada peserta didik.
Esensi dari merdeka belajar, yaitu kebebasan berpikir yang ditujukan kepada siswa dan guru, sehingga mendorong terbentuk karakter jiwa merdeka karena siswa dan guru dapat mengekplorasi pengetahuan dari lingkungannya, yang selama ini siswa dan guru belajar berdasarkan materi dari buku atau modul. Merdeka belajar ini akan mendorong terbentuknya sikap kepedulian terhadap lingkungannya karena siswa belajar langsung di lapangan, sehingga mendorong dirinya menjadi lebih percaya diri, terampil, dan mudah beradaptasi terhadap lingkungan masyarakat. Sikap-sikap tersebut penting untuk dikembangkan karena untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungannya dibutuhkan sikap kepedulian, terampil dan adaptif dimanapun berada (Dela Khoirul Ainia, 2020).
Untuk memahami esensi Kurikum Merdeka Belajar, kita kembali dulu pada pemahaman esensi Kurikulum 2013. Sejatinya Kurikulum 2013 berbasis pada Tujuan Pendidikan Nasional serta Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan penekanan pada pengembangan kemampuan (kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik), pembentukan sikap (penguatan karakter) dan peningkatan pengetahuan (Nuh, 2013). Setelah diterapkan selama hampir satu dekade, akhirnya pemerintah di era Jokowi mengeluarkan paradigma Kurikulum Merdeka Belajar melalui Kemendikbudristek.
Esensi dari Kurikulum Merdeka Belajar dapat dirumuskan dalam tiga hal pokok, yakni: (1) penyederhanaan konten pembelajaran yang berfokus pada materi esensial (simple content-based learning), (2) pembelajaran yang berbasis pada proyek yang kolaboratif, aplikatif dan multi-disipliner (project-based learning), dan (3) fleksibilitas dan penyelarasan (flexibility and fluidity) dalam penetapan capaian pembelajaran (CP) dan pengaturan jam pelajaran melalui Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) yang mengangkat profil “Pelajar Pancasila” dan pengenalan karakter pribadi peserta didik (Makarim, 2021). Penerapan “kurikulum merdeka” kemudian diatur melalui Keputusan Mendikbud Ristek Nomor 162/M/2021 tentang Sekolah Penggerak.
Yang dimaksud pemerintah dengan ‘sekolah penggerak’ adalah sekolah yang dijadikan semacam percontohan khusus penerapan “kurikulum merdeka” yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik (menyeluruh) dengan mewujudkan profil pelajar Pancasila yang mencakup kompetensi dan karakter melalui program SDM yang unggul. Tentu saja untuk menerapkan program ini dengan lebih efektif dan efisien maka dipilihlah beberapa guru yang khusus atau spesial sesuai pertimbangan sekolah untuk dilatih menjadi ‘guru penggerak’ yang memelopori gerakan ‘merdeka belajar’ dan profil ‘pelajar Pancasila’ di masing-masing sekolah.
Sebagai guru kelas 2 di SD Negeri 1 Patutrejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, saya melihat bahwa program ‘sekolah penggerak’ dan ‘guru penggerak’ ini dapat menjadi peluang yang baik dalam hal menghidupkan lagi model pembelajaran berbasis peserta didik, menggerakkan dan menghidupkan kembali minat dan kecintaan sekolah terhadap Pancasila sebagai dasar dan falsafah utama bangsa Indonesia, serta memberi ruang yang lebih leluasa bagi siswa dan guru dalam membangun interaksi dan komunikasi personal yang berbasis keakraban kontekstual, pendampingan personal serta pengembangan karakteristik kurikulum pada masing-masing sekolah.
Implementasi Merdeka Belajar pada akhirnya akan mengutamakan pembelajaran outing class/outdoor study sebagai strategi pembelajarannya. Bahwa belajar tidak harus di dalam kelas dan saling berhadapan antara guru dan siswa. Suasana pembelajaran lebih nyaman, tidak membosankan dan membuat siswa bebas berpikir mengembangkan imajinasinya. Dengan diberikan kemerdekaan belajar di luar kelas akan terbentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, bertanggung jawab, jujur dan disiplin. Para siswa benar-benar bisa memasuki dunianya dengan tanpa tekanan. Belajar yang enjoy dan menyenangkan akan mempermudah masuknya informasi bagi siswa.
Merdeka Belajar tidak boleh mengesampingkan penguatan pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang agar memiliki karakter atau akhlaq, yang hasilnya dapat dilihat dalam tindakan nyata , yaitu berupa tingkah laku yang baik, seperti jujur, bertanggungjawab, kerja keras, menghormati orang lain dan sebagainya. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam upaya perwujudannya.
Konsep Merdeka Belajar adalah terciptanya suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani oleh pencapaian skor atau nilai akademik. Merdeka Belajar ini dicanangkan juga karena banyaknya keluhan orang tua tentang itu. Merdeka Belajar bukan tentang nilai-nilai kuantitatif. Merdeka Belajar menghapuskan anggapan bahwa siswa yang pandai adalah yang memiliki nilai akademik yang tinggi. Merdeka Belajar menghapuskan perankingan. Merdeka Belajar juga akan menghapuskan keresahan siswa dan orang tua siswa tentang nilai-nilai akademis. Bahwa kesuksesan tidak diukur dari bagusnya nilai rapor akan tetapi ditentukan oleh karakter baik para siswa. Masing-masing siswa memiliki karakter pembelajar yang berbeda. Nilai bukanlah standardisasi kesuksesan siswa.
Selain itu tingkat kecerdasan anak tidak bisa hanya diukur dari nilai akademis tetapi juga dari semua bakat dan keterampilan yang dimiliki. Bisa saja anak tidak menonjol dalam hal akademis tetapi jago dalam hal kesenian, sebaliknya ada juga yang baik di bidang akademis tetapi amat kurang dalam bidang olahraga dan kesenian. Oleh sebab itu amatlah tidak adil jika menyamakan kemampuan anak hanya dari nilai akademik.
Penulis adalah Guru SD Negeri 1 Patutrejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.