Melongok Peringatan Satu Abad NU di Cangkrep Kidul
Para Nahdliyin atau warga Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Purworejo bersuka cita menyongsong dan menyemarakkan peringatan satu abad NU. Beragam kreativitas diciptakan. Seperti yang dilakukan oleh warga NU di Kelurahan Cangkrep Kidul Kecamatan Purworejo. Bersama para pengurus NU dan Pemuda Ansor, mereka mengekspresikan 100 tahun organisasi masyarakat (Ormas) Islam terbesar di dunia itu dengan menyuguhkan pentas teater yang mengangkat kisah keteladanan tokoh besar NU.
EKO SUTOPO, Purworejo
Ruang pertemuan kantor Kelurahan Cangkrep Kidul tampak disulap menjadi sebuah studio mini pementasan teater 1 abad NU, Minggu (5/2) malam. Mengusung nuansa latar belakang hitam, studio mini itu juga didekorasi dengan sangat artistik dengan adanya tata panggung elegan, permainan lampu yang komplit, hingga foto serta lukisan tokoh kenamaan NU yakni KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di area panggung pementasan.
Tidak tanggung-tanggung, pentas teater berjudul “Sang Pamomong” ini digarap langsung oleh sutradara kenamaan dari Komunitas Teater Purworejo (KTP), yakni Makhasin Lakon Lanang. Pemeran utama dalam pementasan ini dimainkan oleh aktor bernama Aminudin, dengan tiga orang pemain pendukung yakni Tri Siwi Rejeki, Fahmi Mukti, dan Zain Nahawan. Pementasan juga didukung oleh Pimpinan Produksi Nurcholis, Penata lampu Gaga, Penata Musik Ahmad Fauzi, dan penata artistik Chusnul Anwar.
Sepak terjang Gus Dur menurut Makhasin sangat menarik sehingga dipilihlah untuk dipentaskan dalam peringatan satu abad NU di Cangkrep Kidul.
“Telah satu abad usia Nahdlatul Ulama sebagai Organisasi Masa terbesar. Kebesarannya tidak lepas dari sepak terjang seorang tokoh yang bernama KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) cucu pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari,” kata Makhasin yang juga pengurus NU Cangkrep Kidul.
Bagi Makhasin, Gus Dur merupakan sosok kontroversial sekaligus fenomenal. Seorang santri juga budayawan. Gus Dur adalah Ki Lurah Semar Badranaya yang merupakan ulama dan negarawan yang memposisikan diri sebagai seorang penengah dalam setiap persoalan bangsa. Bak Begawan Ismaya, dialah tokoh sederhana yang dapat memberikan rasa aman pada setiap warga negara.
“Gus Dur adalah Sang Sukma Sejati yang menjadi Presiden Republik Indonesia yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama,” ungkap Makhasin sebelum pentas dimulai.
Saat mendekati waktu pementasan semua lampu mati. Musik hingga film peristiwa kerusuhan 98 mulai diputar. Kemudian suasana disusul suara dalang hingga siluet tokoh wayang semar muncul, dan beberapa detik kemudian bayangan semar lenyap.
Tokoh utama Aminuddin masuk ke panggung dan mencoba menyalakan gramapone yang ada di tengah-tengah panggung.
Sedetik kemudian tokoh utama mulai tertawa dan melakukan monolog. Para penonton yang sebagian besar dari kalangan nahdliyin terlihat menikmati sajian teater yang berdurasi hanya sekitar 20 menit itu.
Sejumlah tokoh juga tampak menyaksikan langsung pentas teater seperti Ketua Tanfidziyah MWC NU Purworejo, Muhammad Haekal, Ketua NU Cangkrep Kidul Mihtakhurrohman, Ketua GP Ansor Cangkrepkidul Galih Febriantoro, dan Kepala Kelurahan Cangkrepkidul.
Pementasan ini lebih kurang berisi soal kiprah Gus Dur sebagai penengah atau “Pamomong” bagi masyarakat ketika peristiwa penurunannya sebagai presiden pada tahun 2001 silam. Hal itu terlihat pada satu monolog yang diutarakan oleh pemeran utama Aminudin.
“Dulu disuruh maju kita maju. Lha sekarang disuruh mundur ayo kita mundur. Perlawanan terhadap musuh bukan hanya harus maju digaris depan. Tetapi kita juga harus mampu bertahan di belakang secara kokoh. Aku hanya seorang Pamomong. Aku akan tetap bersemayam di hati segenap rakyat Indonesia,” kata Aminudin saat memerankan tokoh Gus Dur.
Salah satu pengurus NU Cangkrep Kidul, Iswahyudi menyampaikan bahwa pementasan ini khusus digelar dalam rangka peringatan satu abad NU. Pementasan dapat terselenggara berkat sinergi antara pengurus NU, GP Ansor, dan Pemerintah Kelurahan Cangkrep Kidul. Pementasan teater dipilih agar peringatan satu abad NU di Cangkrepkidul berbeda dengan tempat lainnya. Terlebih dalam tubuh pengurus NU Cangkrep Kidul ada yang berasal dari kalangan seniman.
“Semoga sinergitas ini terus terbangun dan regenerasi Nahdliyin di Cangkrep Kidul terus terjaga. Selamat memperingati satu Abad NU bagi seluruh warga nahdliyin,” ungkapnya. (*)