MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.ID – Ada yang unik yang dilakukan guru dan peserta didik SDN Banyurojo 1 Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Mereka melaksanakan “Nyadran” di sekolah. Tradisi tersebut dilaksanakan untuk mengisi jeda semester 2 yang berlangsung 6-8 Maret 2023. Para siswa baru saja melaksanakan Penilaian Tengah Semester (PTS) 2 Tahun Pelajaran 2022/2023.
Kepala SDN Banyurojo 1 Mertoyudan, Anatri Andayani, S.Pd.SD mengatakan, disamping untuk mengisi kegiatan jeda semester, Nyadran digelar untuk melaksanakan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Yaitu, Kearifan Lokal dengan tema melestarikan Budaya dan Tradisi dalam Kebersamaan dan Toleransi.
“Sekolah mengajak kepada para peserta didiknya untuk dapat melestarikan budaya dan tradisinya. Nyadran merupakan sebuah budaya dan tradisi yang dilakukan orang Jawa di bulan Sya’ban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa). Hal ini dilakukan untuk mengucapkan rasa syukur yang dilakukan secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur di suatu kelurahan atau desa,” ucap Anatri.
Anatri menjelaskan, Nyadran dimaksudkan sebagai sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia, mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian. Termasuk juga dijadikan sebagai sarana guna melestrikan budaya gotong royong dalam masyarakat sekaligus upaya untuk dapat menjaga keharmonisan bertetangga melalui kembul bujono (makan bersama).
Rangkaian kegiatannya adalah kirab dengan membawa gunungan yang berupa hasil bumi berupa sayur-sayuran dan buah-buahan. Setelah itu doa bersama dilanjukan Kembul Bujono dan Tasyukuran dengan makan bersama. Peserta didik diajar untuk memahami betapa pentingnya sebuah kebersamaan, keakraban, gotong royong, dan persatuan.
“Karena yang hadir pada acara ini selain bapak/ibu guru dan peserta didik adalah kepala desa dan tokoh masyarakat, komite sekolah, perwakilan dari Korwil Disdikbud Kecamatan Mertoyudan, dan para orang tua peserta didik,” jelas Anatri.
Salah satu guru SDN Banyurojo 1 Mertoyudan, Ferry Endrian, S.Pd mengatakan, sebagai guru disamping memiliki tanggung jawab akademik yang tak kalah penting harus juga memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik melalui pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap spiritual, sosial, dan emosional yang baik kepada para peserta didik.
“Kegiatan ini mengajarkan kepada para peserta didik untuk memahami, melestarikan budaya dan tradisi yang baik di masyarakatnya supaya mereka tidak kehilangan sejarah, budaya dan jati diri bangsanya,” tutur Ferry.
Ferry juga menambahkan, toleransi yang diajarkan kepada para peserta didik di SDN Banyurojo 1, walaupun berbeda harus saling menghormati dan bekerjasama satu sama lain. Hal ini mengingat di SDN Banyurojo 1 warga sekolahnya terdiri dari berbagai suku dan agama.
Sementara itu Kepala Desa Banyurojo, Iksan Maksum sangat mengapresiasinya. Ia berharap kegiatan ini dapat dilestarikan oleh generasi penerus khususnya para peserta didik SDN Banyurojo 1.
“Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak/ibu guru SDN Banyurojo 1 yang telah menginisiasi kegiatan ini. Ke depan Pemerintah Desa Banyurojo akan mendukung kegiatan ini,” ungkap Iksan.
Kegiatan ini ditutup dengan doa dan makan bersama para guru dan karyawan, kepala Desa Banyurojo, tokoh masyarakat, peserta didik, orang tua, dan komite sekolah. (cha/adv)